Rabu, 04 Mei 2011

Allah Sang Hakim


Allah adalah hakim.
Mazmur 75:7

Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi.
Mazmur 82:8

Mengapa manusia surut dari pemikiran tentang Allah sebagai hakim? Mengapa mereka merasa tidak layak terhadap-Nya? Kebenaran tentang Allah sebagai hakim adalah bagian dari kesempurnaan moral Allah, kesempurnaan-Nya dalam penghakiman. Mungkinkah Allah yang tidak peduli tentang benar dan salah dapat merupakan Allah yang baik dan mengagumkan? Akankah Allah yang tidak membedakan antara binatang buas sejarah seperti Hitler dan Pol Pot (jika kita berani menyebut nama-nama itu), dan para kudus-Nya, tetap Allah yang secara moral layak dipuji dan sempurna? Ketidakpedulian adalah ketidaksempurnaan moral. Tidak menghakimi dunia menunjukkan ketidakpedulian moral. Bukti akhir bahwa Allah adalah keberadaan moral sempurna, bukan ketidakpedulian atas masalah benar dan salah, tetapi fakta bahwa Ia komit untuk menghakimi dunia.

            Jelas bahwa realitas penghakiman ilahi harus berdampak langsung pada pandangan hidup kita. Jika kita tahu bahwa pembalasan adil menjumpai kita di ujung jalan, kita tidak akan hidup sembarangan. Tetapi harus ditekankan bahwa doktrin penghakiman, jangan dianggap sebagai semacam hantu bengis, yang bertugas menakut-nakuti orang agar secara lahiriah menunjukkan perbuatan benar sesuai kesepakatan. Di samping menimbulkan ketakutan pada orang fasik, hakikat doktrin ini adalah penyataan tentang sifat moral Allah, dan penanaman makna moral kepada kehidupan manusia.

“Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kej. 18:25). Jawaban iman terhadap pertanyaan itu beda dari jawaban penglihatan (dalam pengadilan manusia). Pikirkan hal itu dalam kaitan dengan diri Anda.

Allah, hakim, terima kasih Engkau adalah juga Juruselamatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar