Jumat, 14 April 2017

Kematian-Nya

Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.") Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" -- Markus 15:22-39

Narasi panjang penderitaan berpuncak pada penyaliban Yesus ini dipaparkan Markus dalam satu kalimat panjang yang hanya dihubungkan dengan kata sambung "dan" (bukan seperti terjemahan LAI yang mengubah dengan kata hubung lain dengan maksud supaya tidak membosankan). Seluruh paparan hanya menceritakan apa yang orang-orang lain lakukan terhadap Dia, dan hanya dua pernyataan-Nya yaitu (ps 14) bahwa Ia sesungguhnya adalah AKU Adalah, yang di kemuliaan dan yang akan datang untuk menghakimi, dan dalam nas ini teriakan-Nya "Eloi, Eloi, lama sabakhtani." Jadi, semua "dan, dan, dan" ini dimaksud Markus bukan untuk membuat kita bosan melainkan membuat kita tertegun, hening, khusyuk menyaksikan dalam perenungan kita rangkaian, aliran, berondongan penderitaan yang Yesus terima dengan membisu... Demi siapa? Untuk siapa? Mengapa? Lalu sesudah tiga jam prosesi pengadilan sesat dan memikul salib berat, tiga jam lagi rangkaian ejekan, penghinaan, penistaan, berpuncak langit gelap gulita, lalu tiga jam kemudian Ia berteriak "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Bahkan seruan "Sudahlah genap" oleh Markus hanya dicatat sebagai "seruan nyaring." Disusul dengan satu fenomena penuh makna "tercabiknya tabir Bait Allah." Tepat di momen itulah keluar pernyataan yang mustahil kita harapkan keluar dari mulut penghulu laskar Romawi "Sungguh Orang  ini Anak Allah." Petrus (sumber Markus) mengucap pengakuan ini namun mencoba mencegah Yesus dari disalib, kini penghulu laskar yang sendirinya memimpin proses penyaliban itu justru tiba pada pengakuan dahsyat ini!  

Renungankan: Ia dibantai sampai mati untuk membantai maut demi kita yang pantas mengalami maut kekal. Justru dari tubir terdalam penderitaan dan kematian memancar cemerlang kuat kuasa kemuliaan ilahi dari-Nya. Ia mati bukan saja untuk kita yang "di dalam" tetapi juga untuk mereka seperti penghulu laskar itu yang masih "di luar."

Menjulang nyata atas bukit kala, t'rang benderang salib-Mu, Tuhanku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar