Selasa, 25 April 2017

Misi ke Sesama "Anjing"

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. -- Markus 7:23-30

Membeda-bedakan orang berdasarkan tingkat pendidikan, ekonomi, ras, keyakinan agama sudah setua peradaban manusia. Di zaman Yesus sikap eksklusif sampai meng-"anjing"-kan orang yang tidak segolongan itu sangat kuat dipraktikkan terutama oleh pihak yang amat bangga akan keyahudian dan keterpilihan mereka. Dalam nas sebelum ini, tradisi dibangun bukan saja untuk memelihara spiritualitas yang sehat tetapi juga untuk menyingkirkan diri dari pihak yang dianggap najis. Jika kita membaca nas paralel kisah ini di Matius 15 dapat kita tangkap kesan tersebut dari ucapan Yesus yang terkesan arogan, kasar dan menolak mewakili sikapYahudi lazimnya. Tetapi Markus yang telah terlibat dalam pelayanan para misionaris besar, Barnabas, Paulus dan Petrus membuat kita menangkap bahwa gestur Yesus yang secara sengaja mencari tempat beristirahat di wilayah "kafir" justru mengisyaratkan bahwa memang rahmat dan anugerah Allah itu berlaku tidak saja kepada umat pilihan, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain. Orang Yahudi harus ingat dua hal bahwa pemilihan Abraham adalah untuk memberkati bangsa-bangsa lain, dan bahwa sebagai anak-anak Adam sejatinya mereka hidup satu rumah dengan yang mereka sebut "para anjing." Bila kita kaitkan nas ini dengan Markus 16, nas perintah misi, kita harus selalu ingat bahwa kita tadinya terasing, bukan umat, tanpa perjanjian dan hak (Efesus 2:11-13); oleh keajaiban penyelenggaraan-Nya atas sejarah, Injil Kerajaan yang pertama ("kenyang dahulu" -- ay. 27) diberitakan kepada kaum pilihan, sesudah itu akan datang giliran remah-remah dari meja dibagikan kepada kita yang bukan sedarah dengan Abraham menjadi anak-anak Allah warga Kerajaan-Nya. Maka marilah tolak sikap "meng-anjing-kan" orang lain demi supaya penyelenggaraan Injil Kerajaan boleh terpancar melalui kita. Marilah miliki gestur Yesus yang rela melangkah ke luar terirotiral aman dan nyaman sendiri saja.

Tuhan pengharapan semua orang, tolong kami ingat bahwa lingkup kekeluargaan, kekerabatan, pertetanggaan, pekerjaan kami adalah teritorial untuk masuknyai Injil Kerajaan-Mu, baik dengan karya, fakta hidup maupun kata kesaksian kami, Demi Yesus yang hidup. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar