Rabu, 23 Agustus 2017

Jangan Selamat seperti Lot

Lalu kedua orang itu berkata kepada Lot: "Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya." Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini." Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja. Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini." Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." Kata Lot kepada mereka: "Janganlah kiranya demikian, tuanku. Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku. Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara." Sahut malaikat itu kepadanya: "Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan. Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana." Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar. Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. -- Kejadian 19:12-16

TUHAN adalah api yang menyala-nyala yang dalam kekudusan-keadilan-Nya menjatuhkan hukuman setimpal kejahatan manusia. Pemusnahan Sodom dan Gomora ini dalam Perjanjian Baru dijadikan peringatan serius tentang penghukuman akhir yang jauh lebih dahsyat akan menimpa dunia dan orang-orangnya yang melakukan kejahatan (Matius 11:23-24; 2 Petrus 2:6). Berlangsung bersamaan dengan penghukuman ini adalah tindakan penyelamatan atas Lot dan keluarganya. Hanya empat orang yang diselamatkan dari hukuman tersebut, itu pun karena desakan dan tuntunan malaikat dengan perintah tegas agar mereka lari menyelamatkan diri tanpa boleh menoleh ke belakang. Kedua sifat Tuhan yang untuk manusia seakan bertentangan ini -- kemurahan dan kemarahan -- dalam nas ini menyatakan diri hadir dan beroperasi bersama. Maka dalam pengenalan kita akan TUHAN keduanya juga harus serasi demikian memengaruhi semua pertimbangan dan tindakan kita.
Bahwa Lot diselamatkan disebabkan ia masih diperhitungkan benar oleh Tuhan. Tetapi perhatikan bagaimana pilihan Lot sejauh itu telah memengaruhi pertimbangan dan tindakannya. Apa yang membuat di awalnya Lot berlambat-lambat merespons desakan malaikat untuk ia dan kaumnya lari menyelamatkan diri? Sampai-sampai empat orang itu harus dituntun (masing-masing malaikat menuntun dua orang) dan ditunjukkan harus pergi ke arah mana mereka. Firman berkata dimana harta kita di situ arah hati kita -- inilah yang membuat Lot berlambat-lambat sebab itu berarti ia harus meninggalkan semua pencapaiannya, jerih lelahnya sekian lama dan pergi selamat namun dengan tangan hampa. Perhatikan juga kerohanian Lot yang tidak menunjukkan iman yang sehat. Berlambat-lambat berarti juga tidak menimbang serius hukuman yang akan datang, tetapi begitu ia mulai berjalan sesuai arahan malaikat tiba-tiba ia merasa tidak sanggup menempuh perjalanan peluputan itu terlalu jauh. Ia meminta diizinkan berhenti sampai sejauh Zoar, yang relatif dibebaskan dari hukuman itu -- cukup jauh namun tidak sepenuhnya jauh dari Sodom dan Gomora.

Meski kita hidup di dunia kita tidak boleh mencintai dunia ini supaya pola hidup kita dimungkinkan untuk limpah dengan fokus dan nilai surgawi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar