Kamis, 31 Agustus 2017

Terang atas Gelap Budaya

Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: "Dia saudaraku," maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara. Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: "Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami." Adapun Abimelekh belum menghampiri Sara. Berkatalah ia: "Tuhan! Apakah Engkau membunuh bangsa yang tak bersalah? Bukankah orang itu sendiri mengatakan kepadaku: Dia saudaraku? Dan perempuan itu sendiri telah mengatakan: Ia saudaraku. Jadi hal ini kulakukan dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci." Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: "Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Akupun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia. Jadi sekarang, kembalikanlah isteri orang itu, sebab dia seorang nabi; ia akan berdoa untuk engkau, maka engkau tetap hidup; tetapi jika engkau tidak mengembalikan dia, ketahuilah, engkau pasti mati, engkau dan semua orang yang bersama-sama dengan engkau." Keesokan harinya pagi-pagi Abimelekh memanggil semua hambanya dan memberitahukan seluruh peristiwa itu kepada mereka, lalu sangat takutlah orang-orang itu. -- Kejadian 20:1-8

Abimelekh mengambil Sarah untuk menambah koleksi haremnya, entah karena Sara luar biasa cantik atau karena Abraham termasyhur sebagai pedagang besar berpengaruh sehingga Abimimelekh ingin bersekutu dengan Abraham. Bahwa para raja dan orang kaya memperlakukan perempuan sebagai milik untuk pemuasan nafsu dan pamer kekuasaan adalah hal biasa dalam kebudayaan masa itu. Maka ketika ditegur Allah Abimelekh bisa mengklaim bahwa ia melakukan itu dengan "hati tulus dan tangan suci." Memang ia belum sempat menjamah Sara karena telah sempat dihajar Allah dengan penyakit dan dalam kenyataan bahwa secara budaya perbuatan mengambil perempuan menjadi koleksi milik orang berkuasa adalah lazim membuat dia tidak menganggap itu salah. Tetapi di hadapan Allah -- perhatikan nas ini tidak menyebut Dia sebagai TUHAN perjanjian tetapi sebagai Allah penguasa langit dan bumi dan segenap isinya -- perbuatan lazim dalam budaya itu tetap adalah perbuatan dosa bukan saja terhadap manusia tetapi bahkan terhadap Allah sendiri. Allah mencegah Abimelekh melakukan dosa lebih jauh sampai merusakkan rencana-Nya untuk Abraham dan bangsa-bangsa dengan menjatuhkan penyakit ke atasnya, menegurnya dalam mimpi dan memerintahkannya mengembalikan Sara serta memohon nabi Abraham mendoakannya agar sembuh. Meski budaya dan hati telah demikian digelapkan oleh dosa namun masih tetap ada terang yang memungkinkan Abimelekh mengenali Allah sebagai "adonai" / Tuhan. Karena itu apa yang "benar" secara budaya itu tetap salah di hadapan Allah dan harus diluruskan. 

Karya Tuhan dalam umat-Nya adalah juga koreksi Allah atas dosa bagaikan terang merebak ke dalam wilayah budaya yang masih dalam gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar