Selasa, 27 September 2011

Destini Kekal

Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
2 Korintus 5:10


Maksud saya dengan destini kekal ialah keadaan kesukaan atau kesedihan sesudah kematian yang saya belajar dari Yesus Kristus, Anak Allah yang berinkarnasi yang bangkit dari kematian, dan yang para penulis Perjanjian Baru menyetujuinya. Saya bukan bicara tentang kelangsungan hidup tetapi tentang suatu keadaan di mana secara sadar kita menuai apa yang telah kita tabur.

            Perjanjian Baru menjelaskan bahwa hidup ini, di mana tubuh menjadi tua dan lisut sementara sifat menjadi tetap, adalah semacam ruang penghubung, ruang ganti pakaian, dan gimnasium moral di mana, entah kita tahu atau tidak, kita semua mempersiapkan diri untuk kehidupan masa depan yang akan serasi dengan apa yang telah kita pilih kini, dan di dalamnya kelak akan lebih mengandung kesukaan atau kedukaan melebihi yng dikenal di dunia ini.

            Ketika dunia yang akan datang menjadi realitas, konsekuensi tetap dari pilihan dan komitmen yang dibuat di sini akan dinyatakan dan diterima. “Ia (Allah) akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan” (Rm. 2:6-8). Orang yang bijak akan menyimpan kebenaran ini yang akan diakui oleh hati nuraninya jika ia mengizinkan untuk bicara, dan tidak membiarkan dirinya menjadi kurban dari skeptisisme reaksioner, meski jika orang lain sekitarnya melakukan itu.


Apakah aku sungguh menyadari tentang konsekuensi kekal dari perbuatanku kini?

Tuhan, tolongku senantiasa menabur dalam Roh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar