Kamis, 22 September 2011

SENAM JASMANI & ROHANI


 
Train yourself for godliness; for while bodily training is of some value, godliness is of value in every way, as it holds promise for the present life and also for the life to come.

Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. - 1 Tim. 4:7-8

Beberapa waktu lalu, karena kesibukan meningkat dan kesehatan menurun, kebiasaan saya senam pagi saya hentikan. Excuse saya ialah, rasa nyeri di sendi-sendi pinggul kiri dan kanan karena pengapuran makin meningkat. Pikir saya, bila senam saya hentikan beberapa saat, rasa nyeri itu akan berkurang. Dan, sesudah terasa lebih baik, baru akan saya lanjutkan.

            Ternyata, rasa nyeri itu tidak berkurang. Selewat tiga minggu, saya putuskan untuk mulai senam lagi. Tiap pagi saya senam berbagai gerak peregangan, dan latihan lain yang berkait dengan kelenturan, dan ketahanan tubuh. Aneh! Malah rasa sakit dan nyeri yang terasa begitu menghalangi waktu sebelum mulai senam, berangsur meringan sewaktu senam dilakukan. Kesimpulan: tubuh ini tidak boleh berhenti dilatih. Begitu kita memanjakannya, berbagai problema kemerosotan tubuh malah makin terasa dan tidak ada yang menghambat.

            Juga ada masalah “penuaan” rohani yang harus diterapi dengan senam rohani. Apa saja itu? Mari kita lihat saja teguran oleh Yesus, khususnya dalam kitab Wahyu. Hal pertama yang dikecam oleh Tuhan ialah orang Kristen mapan yang telah “meninggalkan kasih yang mula-mula”(Why. 2:4). Hal terakhir yang Kristus kecam ialah berpuas diri dan memperkaya diri sampai merasa kaya, cukup dan tidak kekurangan apa-apa – yang justru adalah gejala orang / gereja yang "melarat, malang, miskin, buta, telanjang di hadapan Tuhan" (3:17).

            Harus kita akui bahwa makin lama jadi orang percaya belum tentu membuat kita makin energetik secara rohani. Melainkan, bisa jadi gejala pengapuran atau penyumbatan aliran rohani, seperti kasih menjadi suam, kekakuan, puas diri, lingkup kepedulian menyempit, menyerang juga sebagian atau kebanyakan orang Kristen lama.

            Senam rohani yang menterapi masalah-masalah tadi adalah: kembali ke kasih mula-mula; dan rela membeli dari Tuhan (baca:membayar biaya) hal yang sejati bernilai kekal. Sederhana saja bukan? Kasih yang mula-mula harus dikobarkan lagi. Dalam bentuk, sedia berkorban, semangat melayani, tekad memerhatikan kebaikan dan pertumbuhan pihak yang Kristus kasihi. Karena, kasih yang mula-mula kepada Kristus tidak abstrak. Pasti kita akan terlihat dalam kepedulian nyata kita kepada tubuh Kristus, yaitu kepada sesama orang Kristen, kehidupan gereja, pelaksanaan misi, dan berbagai bentuk pelayanan lain.

            Dalam email saya beberapa waktu lalu, saya memakai istilah untuk memberi sebagai “sharing generosity” dan “kesempatan membuat investasi rohani.” Kini oleh firman ini kita diberikan lagi satu wawasan lain bagi keterlibatan dalam kepedulian: yaitu, sikap dan tindakan itu sebagai senam rohani yang menjadi terapi melawan pengapuran dan penyumbatan rohani. Sebab latihan ibadah itu bukan saja pemupukan devosi privat tetapi juga melatih otot-otot pengorbanan dan pelayanan yang dialiri oleh tenaga kasih. Itu adalah terapi kembali ke kasih yang mula-mula, berani membayar harga untuk pengembangan nilai-nilai rohani dengan menyisihkan milik materiil kita demi pengayaan pelayanan tubuh Kristus. Berbagi kemurahan hati membuat kita menjadi makin serupa Allah Bapa yang murah hati telah memberi Kristus menjadi miskin supaya memperkaya kita secara rohani.

            Tadi pagi saya menerima email dari ketua sinode salah satu sinode yang kami dukung di salah satu propinsi di In-Tim. Beliau menyempatkan diri membaca semua buku itu dan mengakui bahwa buku-buku itu “sangat bagus”(kata-kata beliau sendiri). Karena kalangan sinode itu sendiri ada 1000 (seribu) orang pendeta yang kebanyakannya melayani di tempat minus, beliau menceritakan bahwa dalam sidang sinode itu baru-baru ini kebanyakan pendeta meminta agar mereka boleh mendapatkan buku-buku tersebut. Sementara itu masih ada lagi permintaan dari Ambon / Maluku, daerah-daerah lain di luar Merauke dan Jayapura di Papua, Mentawai, Aceh, Kalimantan, Alor, Sumba, Sumbawa, Poso, Palu yang kami targetkan untuk dibantu juga.

            Maka sekali lagi saya mengetuk hati Anda dengan ajakan untuk memedulikan Rintihan In-Tim ini. Ingatlah bahwa dengan Anda memberi (katakanlah 1 juta untuk 10 paket; atau berapa pun sesuai yang telah Anda terima dari kebaikan Allah), Anda tidak saja sedang menginvestasi untuk peningkatan pelayanan sepuluh orang hamba Tuhan di sepuluh daerah, tetapi juga bersamaan dengan itu sedang melatih kelenturan dan ketahanan rohani, dengan memupuk kembali kasih mula-mula Anda yang penuh gairah dan semangat berkorban bagi Kristus. Sambil, kita boleh berharap bahwa di kantong-kantong di mana terjadi kemiskinan dan konsentrasi gereja cukup berarti, umat Tuhan dikuatkan demi dampak berikutnya: ketangguhan umat Tuhan di Indonesia.

Silakan Anda mendoakan dengan serius hal ini di hadapan Tuhan, jika entah bagaimana email ini adalah suara sang Kepala Gereja untuk Anda. Jika ingin berbagian, silakan DAPATKAN INFO dengan mengirim email ke waskitapublishing@gmail.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar