Jumat, 02 November 2012

ALLAHMU - KOTA BENTENG YANG TEGUH


Anda pernah membaca seluruh Kisah para Rasul? Bagaimana kesan Anda? Pasti takjub tentang pertumbuhan gereja perdana, bukan? Para murid mendengar dan menaati Kristus yang telah bangkit ketika Ia memerintah, “pergilah ke seluruh penjuru dunia dan kabarkan injil.” (Matius 28:19)

Melalui pertumbuhan fenomenal itu, terbentuklah Gereja Roma Katolik. Itulah satu-satunya lembaga resmi orang percaya selama ratusan tahun lamanya sampai terjadinya Skisma Besar tahun 1504. Terkadang terjadi ketidaksesuaian di antara para pemimpin Roma Katolik. Tetapi ketika di abad ke-16 seorang rahib menyatakan ketidaksetujuan secara publik tentang beberapa praktik dan ajaran gereja, itu menjadi titik balik dalam sejarah gereja.

Di musim gugur 1517, suara palu terdengar ke seluruh dunia dan itu tidak berasal dari tempat pembangunan. Suara itu berasal di dalam hati dan jiwa seorang rahib Roma Katolik yang telah merasa muak dengan kebobrokan dan ajaran salah yang mengalir dari Roma – Martin Luther.

Luther mengambil langkah berani dan berbahaya dengan ia memakukan secarik pernyataan di pintu Katedral di Wittenberg, Jerman yang berisi 95 gugatan terhadap komunitas Kristen waktu itu – gerejanya sendiri. Surat itu dikenal sebagai 95 dalil.

Peristiwa itu dalam sejarah merupakan permulaan dari Reformasi Protestan. Protes-protes yang saat itu ditulis untuk dilihat umum menjadi awal bagi reformasi dramatis di dalam Kekristenan.

Tidak perlu lama sesudah pernyataan ketidakpuasan tadi untuk menumbuhkan konflik. Sebagian orang percaya menginginkan perubahan dan lainnya tidak. Karena mengkhawatirkan keselamatan Luther, seorang sahabat yang bersimpati membawanya ke perlindungan sebuah kastil.

Di sanalah Luther meneguhkan ulang kekuatan dan penghiburan dari Allah yang Mahakuasa. Di dalam tempat perlindungan sementara itu, kata-kata dalam Mazmur 46:1 menjadi hidup dan berdaya baginya: “Allah adalah perlindungan dan kekuatan kita, pertolongan tetap dalam masa bahaya.”

Semasa hari-hari hening, doa dan studi Alkitab, Luther mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman. Ia kokoh percaya bahwa “semua orang harus bisa membaca firman Allah bagi diri mereka sendiri.” Pada masa itu Alkitab standar ditulis dalam bahasa Latin, yang hanya bisa dibaca oleh para rahib.

Seiring dengan itu, ia percaya bahwa musik gereja dimaksud untuk dinyanyikan oleh setiap orang. “Si iblis yang adalah asal dari gangguan kekhawatiran, kesedihan dan kegelisahan, kabur di hadapan suara musik Allah hampir seperti juga di hadapan Firman Allah,” demikian pernyataan Luther.

Dengan inspirasi itu, ia menggubah himne, “Allahmu Benteng yang Teguh,” suatu penegasan yang penuh keberanian tentang Allah yang berkuasa dan mengasihi:

Allahmu benteng yang teguh, perisai dan senjata;
Betapa pun sengsaramu, pertolongan-Nya nyata!
Si jahat yang geram, berniat ‘kan menang;
Ngeri kuasanya dan tipu dayanya
Di bumi tak bertara.

Luther diperlengkapi dengan ketetapan hati yang baru bahwa ia tidak akan menarik kembali protes-protesnya terhadap Gereja Katolik. Sesudah perjuangan selama beberapa tahun dengan para pemimpin di Roma, ia dikucilkan di tahun 1520.


Itu hanya menjadi awal dari keberlanjutan pengajaran dan khotbahnya dengan entusiasme besar. Ia mewartakan injil Yesus Kristus kepada kawanan kecil. Segera saja persekutuan baru dengan orang-orang Kristen tumbuh. Sebagian orang mengejek mereka dengan menyebut mereka , “Lutheran.” Begitulah, ketetapan hati tadi dijuluki.

Ia meninggal tahun 1546 dalam usia enam puluh tiga tahun di kota kelahirannya, Eisleben, Saxony, Jerman. Ia bukan seorang yang sempurna, beberapa kali Luther dikenal sebagai seorang yang keras, kasar, dan menanggung berbagai kecurigaan yang berkembang waktu itu. Sebagaimana pepatah mengatakan, yang terbaik dari seseorang adalah orang itu dalam bentuk terbaiknya. Kita semua patut bersyukur bahwa Allah membangkitkan dan memakai orang-orang yang tidak layak seperti kita untuk mencapai maksud-maksud akhir-Nya.

Dari tulisan Kenneth Osbeck dalam 101 Hymn Stories, kita baca bahwa himne termashur dari Luther ini adalah yang terdahsyat yang berasal dari Reformasi Protestan. Osbeck menulis: “Lagu ini menjadi teriakan peperangan orang waktu itu, sumber kekuatan dahsyat. Himne ini praktis telah diterjemahkan ke setiap bahasa yang dikenal dan dianggap sebagai contoh termulia dan paling klasik dari himnodi Kristen.”

Himne ini meliputi seluruh lintasan kehidupan Kristen. Di dalamnya, kita mendapatkan jawaban untuk ketegangan, perjuangan, perang rohani, dan akhirnya, kemenangan. Baitnya yang kedua memaparkan itu dengan sangat indah:

 
Dengan tenaga yang fana, niscaya kita kalah;
Pahlawan kita Dialah, yang diurapi Allah;
Siapa NamaNya? Sang Kristus mulia;
Tuhanmu yang Esa, Panglima semesta.
Niscaya Ia jaya!

Sumber dari: Lucy Neeley Adams pecinta music Kristen, yang menulis kisah-kisah himne untuk disiarkan di radio WWGM di Nashville, TN tahun 1980-an. Kemudian itu dibukukan dalam terbitan Abingdon Press, 52 Hymn Story Devotions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar