Jumat, 16 November 2012

Pelita di dalam Gelap


Kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. - 2 Petrus 1:19
 

Kata “gelap” biasa dipakai dalam kaitan dengan tempat kotor seperti gudang, kandang sapi, atau tambang. Jadi Petrus membayangkan tempat yang kotor, suram, barangkali penuh dengan rintangan. Kita perlu terang untuk menghindari rintangan dan melihat jalan dan mungkin juga sambil membersihkan tempat itu.

            Mengapa ia menyebut tentang tempat di mana kita hidup kini sebagai tempat yang gelap? Karena memang demikianlah kenyataan dunia ini. Dunia gelap karena kelonggaran moral di dalamnya (lihat contoh yang Petrus tunjukkan dalam 2Ptr. 2). Dan gereja terkena dampaknya juga.

            Kita perlu melakukan yang Petrus usulkan: beri perhatian pada Alkitab, sebab ia bagaikan pelita yang bercahaya dalam tempat gelap. Pemazmur memberikan gambaran serupa. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105). Ketika kita berjalan sendiri dalam kegelapan sambil memegang pelita di depan kita, ia tidak akan melenyapkan semua kegelapan tetapi ia melenyapkan bagian di depan kita sehingga kita dapat melihat harus berjalan ke mana. Dan dengan cara itu kita bisa melanjutkan perjalanan sampai fajar terbit dan matahari menyingsing.

 
Adakah tempat-tempat gelap dalam hidupku atau dalam hidup orang lain yang ku kasihi yang perlu dibuka kepada terang kebenaran Allah? Bagaimana dan kapan hal itu baiknya terjadi?

Tuhan, aku perlu lebih banyak terang dalam situasi ini… Tunjukkanku jika aku telah merespons terang yang Kau nyatakan kepadaku sejauh ini. Aku butuh lebih banyak terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar