Rabu, 04 Oktober 2017

Menuai Hasil Pilihan Buruk

Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu. Ia juga menyediakan makanan yang enak, lalu membawanya kepada ayahnya. Katanya kepada ayahnya: "Bapa, bangunlah dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku." Tetapi kata Ishak, ayahnya, kepadanya: "Siapakah engkau ini?" Sahutnya: "Akulah anakmu, anak sulungmu, Esau." Lalu terkejutlah Ishak dengan sangat serta berkata: "Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati." Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya: "Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" Jawab ayahnya: "Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu." Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku." Lalu katanya: "Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?" Lalu Ishak menjawab Esau, katanya: "Sesungguhnya telah kuangkat dia menjadi tuan atas engkau, dan segala saudaranya telah kuberikan kepadanya menjadi hambanya, dan telah kubekali dia dengan gandum dan anggur; maka kepadamu, apa lagi yang dapat kuperbuat, ya anakku?" Kata Esau kepada ayahnya: "Hanya berkat yang satu itukah ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" Dan dengan suara keras menangislah Esau. Lalu Ishak, ayahnya, menjawabnya: "Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu." Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." Ketika diberitahukan perkataan Esau, anak sulungnya itu kepada Ribka, maka disuruhnyalah memanggil Yakub, anak bungsunya, lalu berkata kepadanya: "Esau, kakakmu, bermaksud membalas dendam membunuh engkau. Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya; kemudian aku akan menyuruh orang menjemput engkau dari situ. Mengapa aku akan kehilangan kamu berdua pada satu hari juga?" Kemudian Ribka berkata kepada Ishak: "Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang isteri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?"  -- Kejadian 27:30-46

Perebutan berkat kesulungan antara Yakub dan Esau ini ternyata bukan sekadar kompetisi antara otak dan otot, melainkan melibatkan banyak unsur lainnya yang bersama jalin menjalin menjadi suatu kisah yang rumit. Pertama sejak awal kita memerhatikan perlakuan Ishak dan Ribka terhadap dua putra kembarnya ini kita merasakan ada sesuatu yang salah, yang tidak berfungsi baik dalam pasangan itu. Yaitu, Ishak menganak-emaskan Esau, sedangkan Ribka menganak-emaskan Yakub. Seharusnya favoritisme semacam ini tidak boleh terjadi jika keluarga ingin berfungsi harmonis. Kedua ada kesan janggal tentang begitu mudahnya Ishak ditipu oleh Yakub. Bagaimana mungkin Ishak tidak dapat membedakan suara Yakub dari Esau, bulu domba di lengan dan leher Yakub dari bulu lebat badan Esau, daging binatang peliharaan dari daging binatang buruan, masakan istri dari masakan Esau... jadi cukup kuat alasan menduga bahwa ketika memberkati Yakub dengan hak kesulungan sesungguhnya Ishak sangat beralasan untuk ragu namun tetap memberikan berkat itu karena ada dorongan lain yang tidak dicantumkan secara eksplisit dalam nas ini. Ketiga ketika akhirnya Ishak "sadar" bahwa ia tertipu berkat yang telah ia berikan secara menyeluruh kepada Yakub tidak sedikit pun ia kurangi, sesuaikan atau sedikitnya marah terhadap Yakub. Malah "berkat" yang ia berikan kepada Esau di ayat 39 adalah peny esuaian kutuk dengan menegaskan pemisahan diri Esaudari berkat yang telah diberikan kepada Yakub di ayat 28. Yakub akan diam di tanah-tanah gemuk, Esau akan jauh dari tanah-tanah gemuk. Dan sejarah membukakan bahwa seterusnya sampai ke zaman Saul, Daud, Salomo, Yoram, Amaziah... Edom kendati melawan (hidup dari pedang) senantiasa menggenapi nubuatan di kelahiran Esau dan berkat kutuk Ishak kepada Esau, yaitu harus tinggal di tempat-tempat yang tidak menghasilkan dan tunduk ke bawah pengaruh umat Yakub.
Tentang semua kerumitan ini PB memberikan penegasan tentang pilihan Tuhan dan tentang konsekuensi pilihan karnal dan spiritual. Keduanya harus kita endapkan benar dalam spiritualitas keseharian kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar