Rabu, 18 Oktober 2017

Pengakuan dan Perjanjian


Lalu Laban menjawab Yakub: "Perempuan-perempuan ini anakku dan anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang kaulihat di sini adalah milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. Selanjutnya berkatalah Yakub kepada sanak saudaranya: "Kumpulkanlah batu." Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di dekat timbunan itu. Laban menamai timbunan batu itu Yegar-Sahaduta, tetapi Yakub menamainya Galed. Lalu kata Laban: "Timbunan batu inilah pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Itulah sebabnya timbunan itu dinamainya Galed, dan juga Mizpa, sebab katanya: "TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan. Jika engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, Allah juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau." Selanjutnya kata Laban kepada Yakub: "Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau-- timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksian, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, dan bahwa engkaupun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini mendapatkan aku, dengan berniat jahat. Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita." Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu. Keesokan harinya pagi-pagi Laban mencium cucu-cucunya dan anak-anaknya serta memberkati mereka, kemudian pulanglah Laban kembali ke tempat tinggalnya. -- Kejadian 31:43-55


Jika dalam relasi sosial Anda – semisal dalam hubungan dengan ipar atau mertua, bawahan dan atasan,– terjadi ketidaksetaraan, apa yang Anda lakukan? 
Selama ini Yakub telah diperlakukan oleh Laban, mertuanya sendiri secara tidak manusiawi. Jangankan setara! Puncak dari sikap dan perlakuan tidak manusiawi itu ialah ketika ia berhasil mengejar Yakub, lalu menekannya dengan berbagai perkataan tajam. Namun oleh pembelaan Allah dan pengungkapan fakta dari Yakub, Laban terpaksa berubah sikap dan perlakuan. Tentu saja bukan perubahan menyeluruh dan mendasar. Ia masih melontarkan perkataan manis yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan bahkan kepada anak-anaknya sendiri. Sebab, meski kini ia memanggil dengan mesra mereka sebagai anak-anak dan cucu-cucunya, namun sebenarnya ia hanya menjadikan mereka perantara untuk memeras tenaga Yakub. Tetapi paling tidak dengan mengusulkan agar ia dan Yakub mengadakan perjanjian, tampak jelas bagaimana Laban terpaksa memperlakukan Yakub secara berbeda. Dari budak dan pencuri, kini sebagai manusia setara yang memiliki hak dan mampu  
Sesuai adat kebiasaan waktu itu, pihak-pihak yang mengikat perjanjian membuat upacara perjanjian dengan memotong kurban. Timbunan batu tempat menaruh kurban perjanjian itu mereka namai Timbunan Kesaksian dalam bahasa mereka masing-masing, dan oleh Yakub disebut juga sebagai Menara Pengawas (Mizpa). Laban yang memaparkan isi perjanjian itu. Pertama, agar Yakub setia dalam ikatan nikah dengan anak-anak Laban. Kedua, agar mereka menghormati batas-batas wilayah kewenangan mereka. Isi perjanjian ini menunjukkan Laban mengakui Yakub sebagai seorang yang setara dengannya, terhormat dan sanggup untuk dipercaya.
Agar dihormati dan diperlakukan setara, kita tak perlu bersikap licik atau bertindak keras. Bersikap dan bertindaklah sebagai orang yang memang terhormat dan terpercaya, oleh anugerah-Nya. Dengan sendirinya kelak, sikap dan tindakan kita pasti akan membuahkan hasil. Orang lain selicik sejahat apa pun, akhirnya harus mengakui bahwa kita memang ada dalam anugerah dan berkat-Nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar