Sabtu, 14 Oktober 2017

Mengakui Keterlibatan Tuhan

Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: "Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya." Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: "Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau." Sesudah itu Yakub menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat kambing dombanya, lalu ia berkata kepada mereka: "Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku. Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. Apabila ia berkata: yang berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang berbintik-bintik; dan apabila ia berkata: yang bercoreng-corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang bercoreng-coreng. Demikianlah Allah mengambil ternak ayahmu dan memberikannya kepadaku. Pada suatu kali pada masa kambing domba itu suka berkelamin, maka aku bermimpi dan melihat, bahwa jantan-jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang. Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan! Lalu Ia berfirman: Angkatlah mukamu dan lihatlah, bahwa segala jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu. Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu." Lalu Rahel dan Lea menjawab Yakub, katanya: "Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami dalam rumah ayah kami? Bukankah kami ini dianggapnya sebagai orang asing, karena ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah dihabiskannya sama sekali. Tetapi segala kekayaan, yang telah diambil Allah dari ayah kami, adalah milik kami dan anak-anak kami; maka sekarang, perbuatlah segala yang difirmankan Allah kepadamu." Lalu bersiaplah Yakub, dinaikkannya anak-anaknya dan isteri-isterinya ke atas unta, digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan. Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya. Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari. Demikianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead. -- Kejadian 31:1-21

Jika kita Yakub, empat belas tahun masa sulit, kerja keras tanpa upah, akan berpikir bagaimana tentang Allah? Percayakah bahwa segala yang terjadi di masa itu pun penyertaan Allah? Masihkah kita akan menilai panggilan-Nya dengan positif?
Setelah empat belas tahun masa Yakub menjadi pekerja keras berintegritas, barulah dibukakan bahwa selama itu Allah sendiri terus menerus menyertai dia. Keberuntungan Laban pun sebenarnya adalah bukti penyertaan dan berkat Allah pada Yakub. Penyertaan dan berkat Allah paling berharga adalah berbagai pelajaran yang Yakub terima yang memroses karakter dan tindak tanduknya. Sungguh penyertaan dan berkat terbesar yang Allah karuniakan kepada umatNya adalah ketika Ia memecah, memahat, mengukir, menggosok kita, dari batu-batu rongsokan menjadi batu-batu berharga yang mulia.
Ada saat Allah menyertai dan bekerja diam-diam seperti yang Yakub alami empat belas tahun itu. Ada juga saat Allah membuat penyertaan-Nya yang sama itu menjadi sangat nyata. Yaitu, ketika Ia sepuluh kali mementahkan upaya Laban untuk tidak berbagi anak ternak kepada Yakub. Jelas bahwa “trik” janggal yang terpikir oleh Yakub sesungguhnya adalah campur tangan Tuhan. Di bolak-balik bagaimana pun oleh Laban, tetap saja berkat Allah jatuh ke Yakub. Dari kejadian ini terlihat kontrasnya orang duniawi yang terbelenggu harta, dari orang yang mengandalkan Tuhan.
Puncak episode ini, Allah berfirman, menjelaskan apa yang telah Ia lakukan kepada Yakub; mengokohkan panggilan dan berkat-Nya kepada Yakub sebagai penerus kakek dan ayahnya. Sangat mengharukan ketika Allah menegaskan bahwa Ia adalah Allah yang menyatakan diri kepada Yakub di Betel. Saat itu, Yakub belum membuat pengakuan bahwa Allah kakek dan ayahnya, adalah juga Allahnya pribadi. Betapa sabar Allah kepada Yakub. Empat belas tahun Ia mengikuti Yakub terus membentuk, memberkati, namun sampai detik genting ini pun belum juga keluar pengakuan Yakub bahwa Ia adalah Allahnya pribadi. 
Berkat dalam segala bentuknya pada hakikatnya adalah relasi bukan sekadar berkat moral atau materiil. Allah mengejar Yakub dan menunggu terus sampai pengakuan itu lahir, sampai relasi itu disadari dan diakui sedang terjalin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar