Kamis, 05 Oktober 2017

Mantap dalam Berkat

Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya, katanya: "Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu. Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham." :Demikianlah Ishak melepas Yakub, lalu berangkatlah Yakub ke Padan-Aram, kepada Laban anak Betuel, orang Aram itu, saudara Ribka ibu Yakub dan Esau. Ketika Esau melihat, bahwa Ishak telah memberkati Yakub dan melepasnya ke Padan-Aram untuk mengambil isteri dari situ--pada waktu ia memberkatinya ia telah memesankan kepada Yakub: "Janganlah ambil isteri dari antara perempuan Kanaan" -- dan bahwa Yakub mendengarkan perkataan ayah dan ibunya, dan pergi ke Padan-Aram, maka Esaupun menyadari, bahwa perempuan Kanaan itu tidak disukai oleh Ishak, ayahnya. Sebab itu ia pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi isterinya, di samping kedua isterinya yang telah ada. Mahalat adalah anak Ismael anak Abraham, adik Nebayot. --- Kejadian 28:1-9

Ishak akhirnya menyadari bahwa insiden perebutan berkat oleh Yakub dari Esau melalui penipuan itu memang selayaknya terjadi. Bukan saja hal itu sesuai dengan nubuatan ilahi sewaktu kedua bersaudara itu masih janin dalam kandungan Ribka, juga karena ungkapan keseharian mereka menunjukkan yang mana yang memberi nilai sepadan bagi hal-hal spiritual yang mana yang hanya berorientasi pada hal-hal karnal (kedagingan). Maka Ishak kini mengulang lagi -- meneguhkan berkat Allah Mahakuasa (El Shadai) untuk Abraham untuk diteruskan kepada Yakub. Segala sesuatu yang terkandung dalam berkat Abraham itu -- keturunan, bangsa-bangsa, tanah, dst. -- diwariskannya kepada Yakub. Kini ia menggunakan istilah "kumpulan" (qahal) yang kelak dipakai untuk kumpulan umat Allah dan yang dalam PB merujuk kepada gereja sebagai ekklesia. Maka dapat disimpulkan bahwa berkat Abraham ini merupakan garis pewujudan rencana Tuhan untuk mengumpulkan orang-orang yang diselamatkan menjadi umat milik-Nya sendiri. 
Mendengar perintah Ishak untuk Yakub tidak mengambil istri dari penduduk setempat, Esau menyadari bahwa orangtuanya tidak berkenan pada pernikahan dia dengan istri-istrinya. Sayangnya kembali kita saksikan menumpulnya pertimbangan Esau. Ia lalu menyimpulkan bahwa Ishak lebih menyukai pernikahan dia dengan kaum kerabatnya, maka dinikahinyalah anak Ismael sebagai istri ketiga. Ini berarti ia tidak menangkap makna pesan itu adalah agar garis keturunan Abraham sungguh beranak-cucu di antara kaum yang dipanggil Allah -- padahal Ismael jelas telah ditolak dari berbagian dalam garis berkat Abraham itu. Sekali lagi Esau memperlihatkan kedangkalan pertimbangannya dan ketumpulan spiritualitasnya. 
Sebagai orang yang menyadari ada di dalam Berkat Allah, kita patut memantapkan kelayakan kita dalam wujud pertimbangan dan tindakan keseharian kita. "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar