Sabtu, 27 Januari 2018

Baik dan Bahagia

Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. -- 1 Petrus 3:13-14
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu. -- Matius 5:8-12

Perbuatan baik wajar merupakan tabiat kedua orang percaya. Naluri pertama kita manusia adalah jahat balas jahat, baik balas baik, tetapi dengan kita diperbarui oleh Yesus Kristus dan Roh Kudus menyucikan kita terus kita dimungkinkan untuk memiliki tabiat kedua yang melampaui naluri manusiawi, yaitu sifat dan perilaku Kristus sendiri. Logisnya orang yang rajin berbuat baik pasti mendapatkan kesan, sambutan dan respons baik juga. Masalahnya banyak orang Kristen masa kini hanya baik untuk kalangan sendiri karena membangun ghetto -- ghetto kegiatan gerejawi yang berjibun banyaknya sampai tidak ada waktu lagi untuk bermasyarakat. Firman ini menantang kita untuk keluar dari sarang aman, dari tempurung nyaman, dan ke luar berbagi hidup baik dalam dunia.
Namun memang bisa terjadi paradoks. Baik ditanggapi jahat, jujur justru dibenci, suci malah dianggap banci, berbagi hidup malah didemo -- dengan akibat berbagai penderitaan harus ditanggung oleh orang Kristen yang aktif berbuat baik. Sambil mengingat ayat sebelum ini bahwa ada MATA, TELINGA Tuhan bagi orang percaya dan ada WAJAH Tuhan yang melawan orang fasik, Petrus menambahkan dua hal lagi. Pertama, sepertinya ia mengingat Ucapan Bahagia Tuhan Yesus seperti kutipan di atas. Inilah bahagia jenis kedua yang tidak dialami dunia ini. Maka untuk orang percaya ada tabiat kedua, ada juga bahagia jenis kedua yang hanya dialami oleh orang yang sungguh hidup berkenan di hadapan Allah dan manusia. Kedua, orang percaya tidak perlu takut akan apa yang ditakuti orang yang tidak dalam naungan Tuhan -- takut nasib buruk, takut diguna-gunai, takut pailit, takut mati mendadak, takut ditipu orang, dan banyak lagi kecemasan-ketakutan orang yang tidak di dalam pemeliharaan Tuhan. Sebab kita hidup di bawah kepak sayap kasih-setia Allah. Puji Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar