Sabtu, 13 Januari 2018

Jatidiri Umat Allah (4)

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. -- 1 Petrus 2:9-10
Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. -- Keluaran 19:6 (lihat juga Yesaya 61:6; Wahyu 1:6)

Dua lagi hal yang Petrus paparkan di sini mengenai jatidiri umat percaya adalah imamat yang rajani, dan bangsa yang kudus -- dua segi keumatan yang tepatnya dilihat sebagai fungsi dan operasi horisontal ke dalam dan ke luar dari dua segi yang mengapitnya yaitu genos terpilih dan laos kepunyaan Allah sendiri. keimamatan, rajani dan bangsa yang kudus jelas mengakar dalam penyataan Allah di Perjanjian Lama. 
Dalam Perjanjian Lama ada tiga jabatan penting yang Allah karuniakan untuk umat-Nya dapat berfungsi benar yaitu nabi, imam dan raja. Nabi berfungsi menerima dan menyatakan kehendak, ketetapan, bimbingan Allah yaitu dalam firman-firman-Nya. Imam berfungsi menghubungkan umat dan Allah dalam memberikan persembahan syukur dan korban-korban karena dosa dan salah. Maka imam di sini berfungsi menjaga keserasian hubungan umat dan Allah. Raja adalah jabatan yang Tuhan percayakan untuk menjalankan otoritas pengaturan kehidupan sosial-ekonomi supaya umat Allah menjadi bangsa yang bermartabat yang agung di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal-mengakui Allah. Jelas bahwa dua segi horisontal inilah yang mengoperasikan sampai menjadi konkret tentang bangsa terpilih dan umat kepunyaan Allah sendiri sampai umat atau gereja di perantauan ini boleh memberitakan perbuatan-perbuatan besar Allah ke tengah dunia yang gelap ini.
Jika kita hanya berfokus pada genos terpilih, rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, kita sangat mungkin akan frustrasi karena pada praktik nyatanya gereja Tuhan dulu sampai sekarang tidak demikian adanya. Antara konsep dan praktik cukup sering tidak sesuai. Ada keraguan tentang keterpilihan kita, ada ketidaklayakan tentang ke-rajani-an kita, ada noda dan cela dalam penghidupan kekudusan kita, ada ketidakharmonisan internal dalam kita menghayati kepemilikan Allah atas kita sebagai umat. Dengan kata lain, kita gereja dalam perjuangan, dalam pengembaraan di dunia ini masih diproses, masih berproses. Kendati demikian firman ini tegas menyatakan bahwa dari gereja yang llemah, bermasalah ini justru dituntut kenyataan untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Allah. Bagaimana?
Jawabannya adalah dalam fungsi dan operasi keimamatan yang rajani -- yaitu di dalam gereja yang sungguh mempraktikkan saling nasihat-menasihati, saling tegur-menegur, saling mengingatkan, saling mendoakan dan bersyafaat, saling menopang sesama kebutuhan, saling mengasihi yang berdampak pada menguduskan -- sambil berpusat, bercermin dan menimba dari sang Imam Besar sejati yang sudah memenuhi ketiga jabatan itu dengan sempurna -- Yesus Kristus -- Nabi-Imam-Raja BesarAgung selamanya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar