Kamis, 25 Januari 2018

Berkat utamanya adalah Ucapan

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. -- 1 Petrus 3:9-11

Berkatilah orang yang mengutukmu, dan doakanlah orang yang jahat terhadapmu. -- Lukas 6:28


Berkat, diberkati, memberkati, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru utamanya adalah berwujud ucapan. Barak, barakah dalam Perjanjian Lama, dan khususnya eulogia, eulogeoo dalam Perjanjian Baru jelas menyatakan bahwa esensi dari berkat adalah ucapan baik, ucapan yang membangun kehidupan, kata-kata yang serasi kehendak shalom Allah untuk manusia. 
Allah memberkati berarti Allah mengucapkan perkenan-Nya, menyatakan rencana baik-Nya, memberitahu hal-hal baik yang Ia sediakan untuk manusia yang begitu Ia kasihi dan hargai. Di dalam berkat perkenan Allah kepada manusia ini memang tersirat juga kebaikan dalam bentuk kesehatan, kehidupan yang tumbuh berhasil seturut rencana Allah dan pemenuhan segala segi kebutuhan hidup termasuk materi.
Manusia memberkati Allah yaitu memuja-muji Dia dalam bentuk mengucapkan hal-hal yang layak, tinggi, bernilai, mulia sesuai kenyataan diri Allah yang mulia dan semua berkat baik-Nya.
Maka jelas bahwa arti utama dari berkat adalah relasi yang baik, yang saling membangun-meninggikan-memuliakan satu sama lain, bermula dari relasi yang intim dengan Allah dan berlanjut dalam relasi terhormat antar manusia.
Implikasi dalam relasi sosial dari berkat adalah menjaga lidah dan bibir -- baik dalam ungkapan vertikal yaitu tidak sembarangan menyebut nama Tuhan, tidak asal omong ungkapan kerohanian yang tanpa isi kesejatian tetapi dalam pujian syukur yang tulus kepada Tuhan, maupun dalam ungkapan horisontal kepada sesama yaitu ucapan, celetukan, ocehan yang tidak berisi kekuatan kutuk tetapi kekuatan membangun dan memuliakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar