Rabu, 21 Maret 2018

Lama Asabtani

Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar (TL: Ayalet Hasyakhar). Mazmur Daud. Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mazmur 22:1-2)

Kita tentu ingat kisah bagaimana Daud ditolak, dibenci, dikejar, ingin dibunuh -- paling tidak dua kali dalam kehidupannya. Pertama oleh Saul yang merasa tersaingi dan terancam kekuasaannya, dan kedua oleh anaknya sendiri Absalom yang melakukan kudeta dan memerangi Daud. Maka latar belakang syair ratapan ini kemungkinan besar adalah salah satu dari peristiwa gelap itu. Namun demikian apabila kita selami lebih dalam suasana ditolak Allah, dibenci manusia, diolok, rasa terhina, tidak berdaya, genting terancam hidupnya, maka tidak seluruh ungkapan pengalaman gelap ratapan ini sungguh dialami Daud. Dan dengan Yesus Kristus menyerukan ayat pendahuluan ratapan ini: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku (Eli, Eli Lama Asabtani -- Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan seruan Daud ini -- berarti juga Daud dalam sengsaranya sendiri menyerukan ratapan yang diilhamkan Roh untuk kelak jauh sesudahnya menjadi ratapan sang Mesias -- Nabi-Imam-Raja sejati yang menderita menanggung keterbuangan demi untuk mendamaikan Allah dengan manusia, manusia dengan Allah.
Ini bukan seruan ketidaksabaran, keputusasaan atau gugatan mempersalahkan Allah yang menjauhi dan meninggalkan dia. Sebab meski ia mengalami Allah membuangnya dan murka Allah mengelilingi dia dalam dan melalui berbagai sengsara itu, namun ia justru berdoa, menyebut Allah dengan Allahku, Allahku -- ungkapan hubungan percaya dan kasih yang intens dari batinnya tehadap Allah.
Penderitaan Yesus sesungguhnya tidak mungkin dapat kita selami dan pahami -- apa yang sesungguhnya terjadi pada-Nya, apa yang terjadi pada kesatuan Ke-Allah-an-Nya dan kemanusiaan-Nya, apa yang terjadi ketika tergantung di salib, ketika tiga hari tiga malam di dalam kubur, bagaimana sesungguhnya yang dimaksud dalam pengakuan iman: "mati, dikubur, turun ke dalam kerajaan maut" itu, bagaimana kematian-Nya itu menanggung murka Allah, membebaskan kita dari belenggu maut-dosa-iblis...? Akal kita, hati kita, imajinasi kita tertegun di hadapan MISTERI dahsyat! Sengsara dan kematian Yesus tidak dapat disamakan dengan sengsara Daud atau sengsara siapa pun manusia di dunia ini, termasuk bebagai penderitaan dan sengsara yang dalam berbagai bentuk dan sebabnya pernah atau sedang kita alami. Dia adalah Penderita atas segala penderita -- karena itu menatap Sengsara-Nya kita boleh mendapatkan penghiburan dan kekuatan dan pemberdayaan baru. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar