Jumat, 15 April 2011

Ke Yerusalem

Ujian apakah suatu ziarah murni atau tidak ialah pertanyaan, apakah Anda bersedia menerima Allah untuk membentuk Anda ulang, yang dengan penuh kasih akan memecah diri “Anda” yang rapuh yang sedemikian hati-hati telah Anda bangun, lalu membuat dari Anda sesuatu yang ada di pikiran-Nya, yang mungkin berbeda dari yang Anda inginkan atau harapkan. Yerusalem adalah lambang pengharapan besar dari Allah, yang boleh jadi tidak serasi dengan pengharapan Anda sendiri. Satu-satunya cara tepat berziarah ke Yerusalem ialah dengan pergi seperti Abraham, tanpa mengetahui ke mana Anda pergi, atau dengan siapa Anda akan bertemu ketika tiba di sana; untuk menunda kepercayaan yang menempel dan gelisah juga ketidakpercayaan yang skeptis, dan semata untuk terbuka, untuk diam dalam keheningan menanti Allah yang unik yang masih datang kepada mereka yang menanti dalam kesunyian. Jalan ke Yerusalem mewakili perjalanan yang sangat mengundang, namun sangat menakutkan, ke hadirat Allah Esa sejati, di mana segala sesuatu diketahui, dan segala sesuatu tidak diketahui, di mana segalanya dipertanyakan dan segalanya dijanjikan. Dan entah kita sungguh atau tidak melakukan ziarah secara geografis ke Yerusalem, kita semua diundang untuk berziarah.

            Semua kita dipanggil dan diajak untuk ikut berziarah untuk menemui Allah yang hidup. O ya, sangat mudah menjadi turis Kristen, menikmati musik, mengucapkan sebuah doa singkat, dan kemudian melangkah bebas untuk mendapatkan secangkir kopi, sebelum pertanyaan-pertanyaan serius dilontarkan, sebelum tuntutan dinyatakan, sebelum salib menjadi nyata di tengah kabut. Semua orang Kristen, semua institusi Kristen, semua gereja, semua katedral, melalui lingkar-lingkar penemuan akan Allah, memuja Allah, membakukan Allah, mengotakkan Allah, menyangkali Allah, dan lalu, menyenangkan Allah, menemukan ulang Allah. Institusi Kristen terbesar adalah mereka yang seperti para pemahat, ingat untuk sengaja meninggalkan pahatannya dalam keadaan belum selesai agar luput dari kesombongan, bahwa Allah tidak dapat ditampung atau dipenjara, dan akan selalu menerobos ke tempat lain dan melakukan hal-hal yang diluar harapan kita. Dengan bahasa metafora, institusi Kristen terbesar menyimpan beberapa ekor ayam untuk berkokok pada saat yang tidak kita inginkan, untuk mengingatkan kita tentang bahaya yang selalu terpendam untuk membentuk Allah dalam gambar kita sendiri. Merupakan bagian ziarah Kristen bahwa kita diingatkan tentang keadaan kita yang debu adanya, dan akan kembali ke debu. Dan mereka yang sungguh belajar berziarah akan belajar mendengarkan baik dalam Alkitab maupun sakramen, dalam diam dan derita, suara Dia yang sedemikian mengasihi mereka melebihi kedalaman kasih mereka kepada diri mereka sendiri, dan yang karenanya harus menanyakan kita pertanyaan yang tidak berani kita hadapi, dan menanyakan dari kita hal yang kita cenderung enggan menjawab.

            Datanglah ke Allah dengan pengharapan Anda, besar atau kecil, lemah atau penuh semangat. Datanglah ke Dia yang merupakan objek sejati dari semua hasrat dan kerinduan kita, dan yang karenanya harus dengan tegas namun lembut menantang semua kasih dan pengharapan yang lebih rendah. Datanglah seperti Abraham, tanpa mengetahui ke mana Anda sedang menuju, tetapi dengan memercayai Ia yang memimpin Anda. Ambillah salib Anda, dan datanglah ke tempat yang masih terasa hangat oleh kehadiran Yesus, ke tempat di mana roti hangat dan anggur manis masih menyuarakan ziarah dan derita-Nya, dan meriahkanlah paduan suara yang tiap hari dikumandangkan dengan suara Anda, bahasa Anda, aksen Anda. Datanglah ke Yerusalem baru, sebab Anda sudah menjadi warganya, ke tempat di mana Allah sendiri akan diam dengan umat-Nya, dan Ia sendiri akan menghapus semua air mata dari setiap mata. Datanglah ke kota di mana ayam berkokok, bukan lagi untuk menuduh ketidaksetiaan yang terjadi di malam itu, tetapi untuk menyambut hari baru, dan anak-anak hari baru itu. Kota itu, yang tidak dikenal namun terkenal, adalah tujuan dari ziarah kita; dan doa kita kini dan derita kita kini, puasa masa Lenten kita dan ziarah bumiah kita, adalah jalan-jalan menujunya dan metafora tentangnya. Kita akan pergi ke Yerusalem; dan Anak Manusia akan datang dengan para malaikat-Nya dalam kemuliaan Bapa. Semua akan menjadi nyata, semua akan disembuhkan, semua akan diampuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar