Jumat, 29 Juli 2011

Penginjilan Pribadi: Mengizinkan Interes Pribadi Tumbuh

Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem… Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Yohanes 4:19-21, 24

Sementara Anda membaca kisah Yesus dan perempuan Samaria, Anda mungkin merasa bahwa Yesus mengizinkan perempuan itu meninggalkan singgungan yang telah dialaminya justru ketika Ia membawanya ke kesadaran akan dosa. Mengapa? Saya percaya bahwa Ia memercayai Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan menempelak dan mengubah dan karena itu Ia tidak mendesaknya untuk memutuskan melainkan membiarkan percakapan itu melanjut. Dengan cara ini Ia mengizinkan ketertarikan perempuan itu akan hal rohani bertumbuh.

            Perempuan itu ingin mendiskusikan tentang tempat yang tepat untuk penyembahan. Terkadang orang mulai mendiskusikan isu lain untuk menghindari panah tempelakan, tetapi jika itu yang perempuan ini lakukan tentu Yesus akan memberi respons berbeda. Pasti ada ketertarikan murni di balik pertanyaannya ini. Yang jelas Yesus menerimanya dengan serius dan menjawab langsung, dengan menyatakan sesuatu yang baru bagi perempuan itu: bahwa saatnya tiba ketika orang akan menyembah Bapa bukan di gunung ini bukan juga di Yerusalem. Ia lanjut dengan menyatakan bahwa Allah adalah Roh (dan karena implikasi bahwa Ia hadir di mana saja dan tidak terbatas pada tempat), maka orang yang ingin menyembah Dia harus menyembah dalam roh (dari hati melalui Roh Kudus) dan dalam kebenaran (sesuai kebenaran injil).

            Dengan begitu Yesus menyingkapkan lebih banyak tentang apa yang Ia berikan: yaitu, pengenalan akan Allah sebagai Bapa – sesuatu yang baik Yahudi maupun Samaria tidak memiliki waktu itu.

Sediakah aku mendengar dan tetap dalam pertanyaan murni orang lain?

Tuhan, tolong aku untuk tidak bergegas meninggalkan situasi ini…dan mengakibatkan kemunduran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar