Jumat, 10 Maret 2017

Iman "Gotong-Ulur"

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. -- Mazmur 133

Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" -- Markus 2:1-5

Orang itu lumpuh fisiknya -- syaraf, otot, kemungkinan juga tulangnya tidak berfungsi. Ini pasti penyakit berat dan tak berpengharapan. Mungkin ia kena stroke berat, atau berbagai penyakit yang menyerang sistem syaraf dan otot seperti MS, pokoknya berat. Bahkan lebih parah lagi ada masalah rohani yang mungkin menyebabkan kelumpuhan itu, yaitu dosa. Tetapi syukur bahwa berbagai pewartaan dan pelayanan yang Yesus buat di Kapernaum membuat iman bersemi dalam dirinya. Bahkan -- mungkin karena ada hubungan tanggungjawab kekerabatan (ingat kisah Boas, Rut, Naomi -- goel -- kerabat penebus) -- empat orang itu bertindak menopangnya dalam iman yang melahirkan kisah penyelamatan rohani-jasmani dramatis ini. Mereka menggotong dia,  mungkinsekaligus dengan tilamnya, dan untuk mengatasi kerumunan orang banyak yang menghalangi jalan masuk, mereka melubangi atap rumah (kemungkinan rumah Petrus) dan mengulurnya sampai ke hadapan Yesus. Yesus melihat iman mereka dan memberikan lebih dulu hal yang terpenting dan yang rupanya justru merupakan penyebab utama penyakit fisiknya itu: dosanya diampuni. Dari lima kali Markus mencatat tentang iman, ini yang pertama. Iman kita patut dikoreksi melalui kisah ini. Pertama, iman tidak menyingkirkan tindakan atau perbuatan atau pengorbanan, sebaliknya justru iman yang hidup menghasilkan hal-hal itu. Kedua, iman boleh tidak lengkap secara teori atau doktrin namun Tuhan tetap memberkati iman sekecil apa pun dan sesamar apa pun asalkan ditujukan kepada Dia. Ketiga, iman memang sikap pribadi dan tidak bisa dititipkan atau mengandalkan orang lain. Namun, di sini jelas bahwa dalam pertalian kekerabatan atau persahabatan yang benar boleh tumbuh iman "gotong-ulur" seperti contoh peristiwa ini. Markus mencatat bahwa karena melihat iman mereka -- bukan hanya iman individu si sakit -- maka Tuhan memberikan ampunan dan kemudian menyembuhkan. Ini menjelaskan nilai dari ibadah bersama, persekutuan doa, kelompok pembinaan, dlsb. Kiranya Tuhan menolong kita memiliki iman yang bertindak, iman yang sungguh ditujukan kepada Tuhan dan firman-Nya, iman yang dihidupi dalam persekutuan yang saling dukung secara sehat dan benar. 

Tuhan, tolong tumbuhkan dalam kami iman seperti yang terjadi dalam peristiwa ini. Amin.

Yang mana dari 3 ciri iman di atas yang mengoreksi iman kita? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar