Sabtu, 23 September 2017

Ia menanti-kita dinanti-Nya

Adapun Ishak telah datang dari arah sumur Lahai-Roi; ia tinggal di Tanah Negeb. Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: "Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu: "Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia. Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal. -- Kejadian 24:62-67

Firman yang memastikan kelahiran Ishak (18:14) juga memastikan dikandungnya Yesus oleh Roh Kudus dalam kandungan Maria (Lukas 1:37). Seperti domba bisu yang hanya menurut untuk dijadikan korban persembahan, demikian yang kita saksikan baik dengan Ishak maupun dengan Yesus -- bedanya hanya satu yaitu Yesus sungguh disalibkan, mati, dikuburkan dan hidup kembali bukan dengan disediakannya korban pengganti melainkan Allah sumber hidup membangkitkan Dia kembali. Kini Ishak digambarkan sedang menyendiri melayangkan pandang dan melihat ke kejauhan -- dalam sikap antisipatif, penuh ekspektasi -- dan di horizon pemandangannya terlihatlah rombongan yang memboyong Ribka datang mendekat. Ribka segera menyiapkan diri sesuai adat masa itu mengenakan penutup wajah. Demikianlah di depan para saksi Ishak menjadikan Ribka istrinya. Akan demikian juga gambaran sangat sederhananya dari yang akan terjadi kelak ketika Gereja yang Kudus dan Am bertemu dengan Yesus Kristus Raja segala raja dan bersatu untuk selama-lamanya. Sementara ini -- Ia sedang menatap di horizon-Nya penuh antisipasi dan ekspektasi -- dan kita serta semua yang menaruh harap-iman-kasih kita kepada-Nya berjalan dalam pengudusan-pemuliaan yang bertambah-tambah ke momen perjumpaan mulia itu.
Hendaknya kita makin menyadari Ia menanti-nantikan kita, dan kita semakin mengoperasikan anugerah-Nya berjuang untuk menjadi layak bagi-Nya. Amin -- Maranatha! Haleluyah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar