Jumat, 15 September 2017

Kedukaan dan Kesaksian

Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara. Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu, lalu berkata kepada bani Het: "Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat (mengantarkan dan -- tidak ada di naskah aslinya) menguburkan isteriku yang mati itu." Bani Het menjawab Abraham: "Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah isterimu yang mati itu dalam kuburan kami yang terpilih, tidak akan ada seorangpun dari kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu untuk menguburkan isterimu yang mati itu."  -- Kejadian 23:1-6


Sarah mati dalam usia sangat lanjut -- 127 tahun, satu-satunya perempuan yang usianya disebut dalam Alkitab -- 37 tahun sesudah ia memperanakkan Ishak. Abraham sungguh kehilangan Sarah teman perjanjian-rekan pewaris kehidupan sampai kedukaannya disebut sebagai "meratapi dan menangisi" kematian Sarah. Meratapi, menangisi dan kemudian menguburkan adalah sikap wajar mengungkapkan kasih dan hormat pihak yang berduka kepada pihak yang meninggal. Karena itu sesudah selesai mengungkapkan kedukaannya Abraham pergi ke pintu gerbang kota Kiryat-Arba (kota Arba -- karena dibangun oleh Arba -- Yoshua 14:15) yang kemudian pada zaman penaklukan Kanaan disebut kota Hebron. Abraham kendati kaya raya adalah orang asing dan pendatang maka ia tidak memiliki hak kepemilikan atas tanah untuk dipakai menguburkan Sarah. Maka di balik peristiwa kedukaan ini muncullah dialog menarik tentang siapa Abraham dalam anggapan penduduk setempat. Secara status Abraham hanya orang asing dan pendatang persis pengakuannya ketika memohon agar boleh membeli tanah untuk kuburan itu, tetapi secara penilaian faktual para penduduk setempat ia adalah "tuanku," "raja agung" di tengah-tengah mereka. Tentu dengan kilas balik kita paham kesan itu terjadi karena kisah-kisah yang mereka dengar -- perjumpaan Abraham dengan Firaun, dengan Abimelekh, kemenangan Abraham mengalahkan raja-raja sekutu, doanya untuk Sodom-Gomora -- intinya seluruh narasi Abraham menimbulkan kesan tentang pengaruh kerajaan dalam dirinya ke sekitarnya.

Dalam konteks kehidupan seutuhnya kedukaan sekalipun menjadi kesempatan untuk menyaksikan kemuliaan yang didapat dari berjalan di hadapan TUHAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar