Rabu, 27 September 2017

Rencana-Doa-Wujud

Inilah riwayat keturunan Ishak, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak. Dan Ishak berumur empat puluh tahun, ketika Ribka, anak Betuel, orang Aram dari Padan-Aram, saudara perempuan Laban orang Aram itu, diambilnya menjadi isterinya. Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir. -- Kejadian 25:19-26

"Inilah riwayat" -- yang ke sembilan sejak riwayat Adam-Hawa dalam catatan riwayat-riwayat di Kitab Kejadian, atau yang kedua dari tiga generasi penyandang janji berkat Allah untuk dunia yaitu Abraham-Ishak-Yakub. Sepanjang kehidupan Ishak sampai ia meninggal di usia 180 tahun (akhir psl. 35) kita temukan kehidupan Ishak yang intinya pasif -- lahir dari usia ayah-ibu 100 dan 90 tahun, masa kecil ia dilindungi dari peghinaan oleh Ismael, usia muda dengan pasif ia tunduk pasrah untuk dikorbankan, kini mulai dari nas ini berbagai catatan tentangnya yang sedikit lebih aktif, dan di babakan terakhir kehidupannya yang menanggung derita akibat pertikaian di antara kedua anaknya. 
Di bagian yang aktif ini pun sebagian besar kisah Ishak mirip kisah Abraham. Ishak yang terkesan pasif dan tak banyak bicara ini baru menikah sesudah usianya benar-benar matang, empat puluh tahun. Itupun bukan hasil “buruannya” sendiri, melainkan karena pengaturan Abraham. Temperamen berbeda-beda tidak menyebabkan rencana dan karya Allah terbatasi. Rencana kekal Allah berkenan menjelma baik melalui Abraham yang merespons Allah dalam keaktifannya, maupun dalam Ishak melalui respons kepasrahannya . Meski cukup tajam perbedaan antara Ishak dan Abraham dalam hal sifat, namun dalam mendapatkan penggenapan janji Allah keduanya memiliki pengalaman yang sama. Sekitar duapuluh tahun Ishak harus harap-harap cemas tentang kapan ia sungguh dapat menghasilkan penggenap berikut dari janji yang telah Allah berikan kepada ayahnya. Sebab janji Allah bahwa dari keturunan Abraham dan Sarah akan keluar bangsa yang besar yang melaluinya bangsa-bangsa di bumi ini diberkati, kini tergantung pada apakah Ishak akan mendapat anak atau tidak.
Ternyata kapasitas manusiawi Ribka untuk menjadi mata rantai berikut penggenapan janji Allah itu bermasalah. Firman ini mengatakan Ishak mandul! Apakah karena kelemahan kapasitas manusia, janji Allah akan batal dan rencana-Nya akan buyar? Bagaimanakah operasi ilahi mewujudkan rencana kekal itu tersalurkan agar yang tidak berdaya dan tidak layak akhirnya sanggup menjadi wadah pewujudan karya kekal Allah? Jalan keluar bagi situasi muskil ini, jawab bagi pertanyaan teologis genting ini, sederhana saja: DOA! Doalah jembatan penghubung antara realitas ilahi dan realitas manusiawi. Doalah saluran yang mempertemukan yang tak layak dan tak mampu dengan Yang mulia dan dahsyat! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar