Jumat, 29 September 2017

Lepas dari Dosa turun-temurun

Maka timbullah kelaparan di negeri itu. --Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu. Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku." Jadi tinggallah Ishak di Gerar. Ketika orang-orang di tempat itu bertanya tentang isterinya, berkatalah ia: "Dia saudaraku," sebab ia takut mengatakan: "Ia isteriku," karena pikirnya: "Jangan-jangan aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elok parasnya." Setelah beberapa lama ia ada di sana, pada suatu kali menjenguklah Abimelekh, raja orang Filistin itu dari jendela, maka dilihatnya Ishak sedang bercumbu-cumbuan dengan Ribka, isterinya. Lalu Abimelekh memanggil Ishak dan berkata: "Sesungguhnya dia isterimu, masakan engkau berkata: Dia saudaraku?" Jawab Ishak kepadanya: "Karena pikirku: Jangan-jangan aku mati karena dia." Tetapi Abimelekh berkata: "Apakah juga yang telah kauperbuat ini terhadap kami? Mudah sekali terjadi, salah seorang dari bangsa ini tidur dengan isterimu, sehingga dengan demikian engkau mendatangkan kesalahan atas kami." Lalu Abimelekh memberi perintah kepada seluruh bangsa itu: "Siapa yang mengganggu orang ini atau isterinya, pastilah ia akan dihukum mati." -- Kejadian 26:1-11

Mengapa berbagai peristiwa sama bisa berulang baik dalam perjalanan kehidupan pribadi, keluarga, bahkan sejarah bangsa dan dunia? Bagaimana kita dapat dibebaskan dari "kutuk" harus menjalani kembali hal-hal buruk yang sama yang berlangsung dalam garis keluarga kita?
Dalam nas ini ada dua hal buruk yang berulang kembali dalam riwayat tiga bapak leluhur orang beriman -- kekeringan dengan dampak kelaparan, dan kebiasaan berdusta untuk menyelesaikan masalah. Kekeringan disebabkan oleh siklus alam dan kelaparan yang mengikutinya disebabkan oleh sistem cadangan nasional yang mungkin zaman itu belum diatur atau dikelola dengan baik. Jika kita membandingkan kisah Abraham, Ishak dan Yakub yang sama-sama mengalami masalah krisis pangan, kita melihat beda cara mereka menyelesaikan masalah, beda cara TUHAN menyatakan providensia-Nya kepada mereka. Abraham dan kemudian Yakub melalui Yusuf mendapatkan solusi dari kelaparan dengan pergi ke Mesir -- kendati Abraham bukan sepenuhnya karena providensia Allah melainkan inisiatif pribadi yang kemudian menimbulkan masalah dalam kehidupan keluarganya, sementara Yakub mendapatkan providensia ilahi itu melalui providensia ilahi lebih luas atas kehidupan pribadi putranya Yusuf. Kini untuk Ishak dengan jelas TUHAN melarang dia pergi ke Mesir dan menjanjikan bahwa di tempat ia tinggal sebagai orang asing itulah TUHAN akan memelihara dan menjadikan kehidupannya berlimpah berkat. Sekali lagi TUHAN menegaskan bahwa Ishak mendapat berkat supaya menjadi berkat untuk orang-orang lain.
Hal beroleh berkat untuk memberkati ini jika tidak dilaksanakan oleh siapa pun di dunia ini sedikit banyak menjadi sebab bagi terjadinya banyak ketimpangan sosial-ekonomi, kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan kematian pada orang lain. Dengan tidak bersedia mengelola potensi bumi dan kapasitas diri untuk menjadi berkat bagi orang lain manusia itu telah berubah dari gambar Allah menjadi MONSTER bagi sesamanya. Jalan keluar dari petaka kemiskinan ialah orang harus mempraktikkan prinsip ini: bersyukur sambil mengaku TUHAN sebagai sumber dan pemilik akhir segala sesuatu, berbagi dengan kesadaran kita adalah wakil TUHAN untuk memerhatikan orang lain dan untuk mengakui kesegambaran sesama kita dengan Allah juga.
Abraham dua kali berbohong tentang jatidiri Sarah, Ishak mengulang lagi dusta dalam peristiwa yang hampir persis sama, Yakub berdusta ketika mendapatkan berkat kesulungan dari Ishak  Dosa keturunankah ini? Semacam kutuk generasionalkah? Atau pembelajaran melalui contoh dan peniruan? Bisa jadi masing-masing pendapat itu ada benarnya dan malah mungkin sekali ketiga teori itu memang sah sebagai penjelasan atas kerusakan manusia dari sudut pandang berbeda-beda. Dalam providensia TUHAN juga kini entah bagaimana momen bermesraan Ishak dan Ribka terlihat oleh Abimelekh dan itu menyebabkan mereka harus berhenti bermain sandiwara tentang siapa dan bagaimana sebenarnya hubungan antara keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar