Sabtu, 05 Maret 2011

Jangan Takut

... Apakah Anda tahu apakah perintah yang paling sering disebutkan dalam Alkitab? Petunjuk apa, perintah apa, yang diberikan, yang berulang-ulang, dinyatakan oleh Allah, oleh para malaikat, oleh Yesus, oleh para nabi dan rasul? Apa menurut Anda? – “Jadilah baik?” “Jadilah kudus, sebab Aku kudus?” Atau secara negatif, “Jangan berdosa?” “Jangan jadi immoral?” Bukan. Perintah tersering dalam Alkitab adalah: “Jangan takut! Jangan kamu takut. Jangan takut. Janganlah takut.
            Ironisnya tentang perintah yang mengherankan ini ialah, meski ini yang benar-benar ingin kita dengar, kita memiliki kesulitan sama besar, jika bukan lebih besar, dalam menaati perintah ini seperti perintah lainnya. Kita semua sangat menyayangi ketakutan sampai merasa tidak dapat meninggalkannya ketika diminta untuk melakukan itu. Orang yang sepanjang masa belajar khawatir tentang ujian, lalu akhirnya selesai ujian, masih juga terjaga di pagi hari dengan adrenalin tinggi, seolah siap untuk masuk ke ruang ujian sekali lagi. Orang yang bertahun-tahun khawatir tentang uang, dan tiba-tiba mewarisi cukup harta untuk belanja, masih merasa panas dingin ketika berjalan melewati bank. Ada cerita tentang seorang pelawak yang mengirimkan telegram ke semua anggota suatu pemerintah, hanya berkata. “Semua sudah ketahuan – larilah segera!; dalam waktu dua puluh empat jam semua mereka meninggalkan negara itu. Semua kita, tulis antropolog Nigel Barley, ada dalam keadaan bagaikan bank moral yang kosong. Semua kita menyembunyikan sesuatu yang tentangnya kita sangat membutuhkan suara mengatakan: ‘Jangan takut. Semuanya akan beres.” Seperti Tuhan berkata kepada Lady Julian: “Semua akan jadi beres, dan semua perkara akan dibereskan.” Mari jangan keliru tafsir tentang itu: sampai Anda belajar untuk hidup tanpa takut Anda tidak akan menemukan mengikut Yesus sebagai hal yang mudah.
            Perintah mengherankan ini memancar dalam dunia yang di dalamnya kita makan, tidur, dan bernafaskan ketakutan. Kita keluar dari kehangatan dalam kandungan ke dalam kedinginan kosmos, dan kita takut ada sendirian, tidak dikasihi, ditolak. Kita bergaul dengan anak-anak, remaja, dewasa muda lain, dan kita takut kelihatan bodoh, dalam keadaan tertinggal dari suatu ras yang secara otomatis kita berbagian di dalamnya. Kita memikirkan pekerjaan, dan kita takut entah kita akan gagal mendapatkannya atau jika kita mendapatkannya kita tidak sanggup mengerjakannya dengan benar; dan ketakutan ganda itu berlangsung lama dalam diri banyak orang. Kita memikirkan tentang pernikahan, dan kita takut bahwa kita tidak akan pernah menemukan orang yang tepat dan bahwa jika kita menikah juga itu akan berbalik menjadi kemalangan. Kita mempertimbangkan perpindahan karir, dan kita takut kita mendaki di anak tangga yang salah dan kehilangan kesempatan emas. Kita menatap ke masa pensiun, dan kita takut pada proses penuaan dan pelemahan serta kematian mendadak.
            Itu tadi baru yang besar-besar. Ada lusinan lagi ketakutan lebih kecil yang saling menguatkan dan menopang satu sama lain. Lebih lagi, jika kita menekan ketakutan tersebut secara semu, mereka akan muncul dalam bentuk lain, seperti fobia. Di balik semua itu menggelantung ketakutan akan kematian, barangkali tidak pada yang muda usia, kecuali entah bagaimana mereka pernah mengalami sentuhan dekat dengan kematian, tetapi jelasnya sedikit waktu lagi pasti orang muda pun akan mengalami ketakutan ini.
            Jadi Anda mengerti alasan perintah ini. “Jangan takut,” adalah salah satu yang tersulit untuk kita pegang. Bahkan menjaga kemurnian seksual masih terasa lebih mudah. Dapatkah Anda bayangkan hidup tanpa takut? Maksud saya bukan “keadaan tanpa takut” secara sekuler yang sering dikaitkan dengan para pahlawan dalam kisah-kisah tegang atau perang. Di dalam yang demikian ada semacam sikap kepongahan, atau sikap agresif, yang tidak lain adalah perbuatan menutup-nutupi kesejatian; bukan itu yang saya maksud. Maksud saya, dapatkah Anda bayangkan menghidupi kehidupan yang normal, bijak, bertanggungjawab tanpa merasakan usikan bahwa segalanya akan menjadi sangat kacau, bahwa Anda mungkin telah berhasil melaluinya kemaren atau minggu lalu, tetapi bahwa itu hanya kebetulan, sebab alam semesta ini pada dasarnya tidak bersahabat dan Hukum Murphy (yang mengatakan apa saja yang bisa kacau akan sungguh menjadi kacau) cepat atau bahkan lebih cepat lagi akan segera membuat pembalasan? Begitulah kebanyakan orang hidup.
            Kepada keadaan itu injil Yesus datang dengan kabar buruk dan kabar baik. Kabar baiknya: hanya ada satu perintah kali ini, bukan sepuluh perintah. Kabar buruknya: perintah yang satu ini memerintahkan Anda untuk tidak takut, dan kita tidak memiliki petunjuk bagaimana menaatinya. Kita tidak suka takut, tetapi ia adalah udara yang kita hirup. Kita tidak tahu cara lain untuk hidup. Sesungguhnya, inilah alasan orang membayangkan Allah sebagai Allah yang selalu memberi perintah dan marah pada manusia. Kita memproyeksikan ketakutan kita, dan ya kebencian kita juga, ke atas ke pencipta alam semesta; kita sebut obyek tesebut, berhala itu, “Allah”; dan kita juga takut menyesali, Allah yang telah kita ciptakan dalam gambar kita sendiri itu... Dst.

Dikutip dari sebagian Pasal 7 Buku Mengikut Yesus Tulisan N. T. Wright. Informasi & Pemesanan: email waskitapublishing@gmail.com atau sms / call 0812-270-24-870.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar