Sabtu, 26 Maret 2011

Ujian Penantian

Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.
                                                                                                            Mazmur 105:18-19

Pemberian pengharapan dari Allah yang berdampak mencengangkan hati yang kemudian terkesan dihancurkan oleh penetapan Allah atas kenyataan peristiwa-peristiwa yang kita alami, adalah suatu realitas yang dialami oleh banyak orang Kristen kini dan akan menjadi pengalaman lebih banyak orang lagi kelak – seperti yang telah terjadi pada Yusuf.
            Sebagai anak termuda dalam keluarganya, ia telah mendapat mimpi menjadi kepala klan itu. Para saudaranya yang penasaran menjualnya ke perbudakan untuk memastikan bahwa mimpi itu tidak pernah terwujud. Yusuf berhasil di Mesir menjadi orang kepercayaan seorang politikus-militer berpengaruh. Nyonya rumah, mungkin karena merasa terabaikan oleh suami, sebagaimana yang sering dialami oleh para istri militer dan politikus, ingin mengajak Yusuf tidur bersamanya. Tetapi Yusuf menjawab tidak, dan penolakan dari seorang budak itu membuat nafsu sang nyonya berubah menjadi kebencian sehingga ia berdusta tentangnya dan tiba-tiba Yusuf kedapatan merana dalam penjara, terhina dan terlupakan.
            Di sana ia diam beberapa tahun, menjadi tahanan teladan namun tanpa prospek apalagi bermimpi bahwa mimpi tentang kebesaran yang Allah ingin berikan kepadanya akan terpenuhi. Sampai firman Allah benar-benar digenapi, firman Allah lebih dulu mengujinya! Dapatkah kita ragukan bahwa Yusuf harus terus menerus melawan perasaan bahwa Allah yang memberinya pengharapan kini sedang bekerja keras menghancurkan pengharapan itu? Dapatkah kita menduga bahwa ia dengan mudah menenangkan diri dan percaya?

Apakah Anda memiliki perasaan bahwa Allah sedang bermain permainan tertentu dengan Anda dan kehidupan Anda?
Tuhan, aku ingin memberitahu-Mu secara jujur perasaanku kini…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar