Sabtu, 19 Maret 2011

Spiritualitas Galilea

...

Kini saatnya untuk kita memperbaiki baik pola spiritualitas juga pemikiran kita menyangkut gambaran tentang bagaimana sesungguhnya pelayanan Yesus di Galilea. Beberapa litani yang lebih baru dalam berbagai terbitan yang kemudian, menambahkan lebih banyak uraian yang cukup lengkap dan memadai, yang menjembatani kesenjangan antara pencobaan Yesus di padang gurun dan penderitaan-Nya: “Oleh pelayanan-Mu dalam kata dan karya, oleh tindakan kuasa-Mu yang dahsyat, dan oleh pewartaan-Mu tentang kerajaan.” Pada spiritualitas Galilea yang didasari atas kuasa terobosan Allah dalam dunia ini melalui perkataan dan perbuatan Yesuslah, kini kita harus fokus sebagai langkah berikut ziarah kita.
            Pewartaan Yesus tentang kerajaan Allah memancar ke tengah-tengah visi tandingan tentang apa maksud kerajaan Allah baik secara umum maupun khusus.  Kerajaan Herodes dengan kemewahan dan kebrutalannya, sangat menjengkelkan para Yahudi ortodoks karena kedua alasan itu, tetapi terutama karena Herodes membuat banyak kompromi dengan kekafiran. Dan para Yahudi Galilea, yang menurut temuan arkeologi kebanyakannya saleh dan ortodoks, menjadi semakin frustrasi dengan pemerintahan Herodes, dan Roma. Mereka ingin agar Allah menjadi raja, dan semakin giat untuk siap memakai cara apa saja yang ada, termasuk kekerasan, untuk mewujudkan tujuan itu. Mereka memiliki agenda-kerajaan mereka sendiri; dan mereka percaya bahwa hal itu sesuai dengan yang Allah perintahkan. Galilea bukan satu-satunya tempat di mana suasana revolusi menggantung di udara, tetapi pebukitan di atas danau sibuk dengan hal itu. Maka perhentian Sabat Galilea bukan seperti kesukaan merenung hal spiritual secara santai seperti hari Minggu kita kini, tetapi lebih merupakan simbol yang dijaga dengan waspada, dengan ucapan “Kami para penjaga Sabat adalah umat Allah sejati, dan para pelanggar Sabat sedang berkompromi dengan musuh.”
            Agenda kerajaan alternatif inilah yang menjelaskan adanya sikap permusuhan para Farisi kepada Yesus dalam berbagai catatan Injil. Apa yang salah dengan Yesus menyembuhkan orang yang bisu, buta dan dirasuk roh jahat? Masalahnya bukan pada peristiwa itu sendiri; melainkan Yesus telah mendapatkan reputasi di Galilea, reputasi sebagai seorang yang menjungkir-balikkan, reputasi menyembuhkan pada hari Sabat, sebagai seorang yang menantang berbagai kesepakatan sosial-agamawi, sebagai seorang yang memulai suatu gerakan kerajaan yang berbeda. Perumpamaan-perumpamaan-Nya mengkonfrontasi pandangan yang berlaku tentang kerajaan dengan sesuatu yang baru, di mana kuasa dan kasih Allah akan memerintah bukan dengan cara kekerasan revolusioner tetapi dengan jalan salib. Ia sudah dianggap sebagai seorang yang subversif. Dan ketika seseorang seperti itu melakukan penyembuhan, para penonton diperhadapkan dengan suatu pilihan. Entah itu adalah karya Allah yang mengabsahkan seluruh agenda kerajaan dari Yesus; atau kita harus membuat suatu penjelasan lain. Jika hal itu bukan berasal dari Allah, kegiatan itu pasti pekerjaan Iblis.
            Tuduhan ini mengundang Yesus untuk membuat sebuah pernyataan penting tentang pekerjaan-Nya. Ia bukan antek pangeran kegelapan. Sebaliknya, fakta bahwa Ia mengusir roh-roh jahat oleh Roh Allah memperlihatkan bahwa kerajaan Iblis sedang diguncangkan ke dasarnya; bahwa cara Allah menegakkan pemerintahan-Nya dilancarkan melalui pekerjaan Yesus. Yesus telah memenangi peperangan di padang gurun, yaitu perang melawan musuh tertua; kini Ia datang ke Galilea membuat kemenangan itu berakibat. Bagaimana orang dapat merampas rumah seorang kuat kecuali lebih dulu mengikat orang kuat itu? Baru sesudah itu Anda sungguh dapat merampas rumahnya. Karenanya, eksorsisme yang Yesus lakukan adalah tanda bahwa Ia telah memenangi kemenangan awal, dan bahwa kerajaan Iblis sungguh sedang terancam serius.
            Klaim ini menciptakan pemisahan tak terelakkan di antara para penonton-Nya. Barangsiapa tidak di pihak-Ku ia menentang Aku; siapa yang tidak mengumpulkan bersama-Ku ia menyebar. Jika kamu melihat karya Allah dan menyatakannya sebagai karya Iblis, kamu tengah menempatkan dirimu di sudut yang darinya tidak mungkin ada keluputan. Engkau telah menolak satu-satunya pengharapan untuk keluputan. Satu-satunya dahan untukmu duduk dengan aman telah engkau potong. Pesan kerajaan dalam pelayanan Galilea-Nya ini sama sekali bukan resep untuk suatu kehidupan spiritual yang tenang, pasif, romantis. Itu adalah suatu undangan untuk masuk ke dalam spiritualitas kerajaan, dengan mengundang kuasa raja untuk membebaskan mereka yang dicengkeram dalam tawanan Iblis. Banyak hal yang Yesus katakan tentang Herodes dan kerajaannya; juga tentang Caesar dan kerajaannya. Tetapi kerajaan yang sejatinya tandingan bagi kerajaan Allah, adalah kerajaan si Iblis. Tidak ragu bahwa Herodes dan Caesar dalam cara mereka, dengan kerakusan dan rezim brutal mereka, sama merupakan antek Iblis; tetapi Iblis sama senangnya dengan ketika orang menentang Caesar dan Herodes seperti dengan cara-cara satanik kafir mengadakan revolusi kekerasan. Seperti kalimat dalam sebuah himne mengatakan, “Kebanggaan manusia dan kemuliaan dunia; pedang dan mahkota menolak kepercayaan di pihak-Nya.” Yesus datang tanpa pedang, tanpa mahkota, tetapi dengan kuasa dan kemenangan Allah: dengan doa dan puasa, dengan kebenaran dan kehidupan benar, dengan injil damai, oleh iman, oleh keselamatan, oleh firman Allah... Dst.
Dikutip dari Buku Jalan Tuhan karya N. T. Wright. Info lebih lanjut, Email ke waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar