Jumat, 23 September 2016

Sifat Berhala




Patungkah?-- menuang tukang besi, dan melapisi pandai emas dengan emas, merantainya dengan rantai-rantai perak?. -- Yesaya 40:19 (terj. mendekati yang harfiah)
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. -- 1 Yohanes 2:15-16

Dengan konstruksi kalimat yang terasa janggal, ayat ini menelanjangi kebodohan penyembahan berhala. Patungkah yang menuang tukang besi, melapisi pandai emas, merantai dengan rantai pemegang? sampai orang boleh mencari keamanan, jaminan, bimbingan, percaya diri, self-esteem darinya? Konstruksi ayat ini sekaligus membukakan dua hal: sifat penyembahan berhala, dan kebodohan menyembah berhala. Objek dijadikan subjek, subjek menjadi objek -- atau, alat dijadikan tujuan, tujuan dijadikan alat -- itulah sifat inti penyembahan berhala. Lebih fatal lagi, bukan saja objek dijadikan subjek atas manusia, malah disandingkan seakan ia/mereka adalah "allah." Jelas bodohnya orang membuat patung lalu menyembah patung itu, bukan? Jelas betapa bodohnya meninggikan uang, benda, pengaruh, kedudukan, kesehatan seakan hal itu yang memberi kita hidup, jaminan, bimbingan, nilai diri kita? Satu-satunya cara untuk lepas dari belenggu berhala adalah membawanya ke bawah salib Yesus, agar kedudukannya ditegaskan hanyalah alat/objek bukan subjek.Agar peruntukkannya diatur ulang, semua berkat Tuhan perlu dari waktu ke waktu kita persembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Hanya dengan cara inilah kita boleh luput dari jerat keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar