Selasa, 13 Februari 2018

Doa yang Berarti

Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah. -- Matius  26:41
Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.T etapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.  -- 1 Petrus 4:7-9

Mengapa orang percaya perlu tumbuh dalam kehidupan doa? Apa sesungguhnya doa itu? Apa motivasi dan tujuan doa? Apa sangkut paut doa dengan fananya kehidupan masing-masing kita dan dengan kedatangan Yesus Kristus kedua kali? Bagaimana hubungan persekutuan doa dengan Tuhan dan persekutuan kita dengan sesama orang percaya?
Doa sangat penting dan vital sampai banyak diumpamakan dengan bernafas. Kita dapat hidup cukup lama tanpa makan, tetapi tidak mungkin bisa hidup tanpa nafas berkepanjangan. Karena itu mati disebut menghembuskan nafas terakhir. Paparan lebih tepat tentang doa adalah percakapan dalam hubungan yang intens dengan Tuhan. Kita semua tahu bahwa orang yang tanpa hubungan tidak mungkin memiliki kejiwaan yang waras. Lebih dari itu tanpa hubungan dengan Tuhan yang dirawat dengan baik tidak mungkin orang Kristen memiliki spiritualitas yang bertumbuh sehat memengaruhi segala aspek kehidupannya. Jadi doa lebih penting dan vital ketimbang bernafas. 
Dalam beberapa ayat ini Petrus sangat mungkin mengingat pengalaman dia dengan dua murid inti lain di Getsemani ketika Yesus Kristus bergumul dalam doa ternyata mereka sendiri tertidur. Kita tahu kelanjutan kisah itu, karena tidak berjaga-jaga bersama Yesus dalam doa sementara Yesus dengan bulat tekad menuju salib mereka sendiri menonton dari jauh dan kemudian lari menyembunyikan diri. Tanpa doa yang di melaluinya kita sungguh masuk ke dalam pikiran-kehendak-tindakan Tuhan, menyerah penuh kepada kasih dan rencana-rencana kekal-Nya, mengakui kefanaan dan kecacatan kita sambil mengingini-mengambil sumber daya kekal-Nya, kita tidak mungkin memiliki kehidupan yang bernilai kekal dan beda dari dunia yang bakal binasa ini. Apabila kehidupan doa kita senin-kamis dan tipis bagaimana mungkin kita boleh bertumbuh dalam pengenalan kita akan Tuhan? Apabila kita tidak dengan sadar melatih sikap mental waspada dan mengatur waktu cukup untuk bercengkerama dengan Tuhan bagaimana mungkin kita boleh berjaga-jaga dan merindu kedatangan-Nya kembali? Apabila doa-doa kita tidak lebih dari hanya meminta kebutuhan dan keinginan fana serta ego sentris seperti para penyembah berhala bagaimana mungkin sifat, rencana dan tindakan Allah boleh mewujud nyata dalam berbagai aspek keseharian kita? Apabila kita tidak pernah berdoa lebih dari sekitar kepentingan diri sendiri bagaimana kita boleh memiliki kehidupan persekutuan dan pelayanan gerejawi yang berarti?
Mari kita mantapkan motivasi doa kita -- yaitu, Tuhan menginginkan waktu dan hati kita untuk mengungkapkan kasih-Nya, rencana-Nya dan kuat-kuasa-Nya ke dalam kita. Mari dalam kesadaran mendalam kita bangun disiplin memiliki jam doa berarti (bukan detik atau menit doa kilat) dimana tidak saja kita bersyukur, mengakui dosa, menyatakan penyerahan dan kasih kita kepada Tuhan, tetapi juga kita beri kesempatan untuk Tuhan bicara dan melayani kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar