Sabtu, 10 Februari 2018

Hidup Serius dan Santai

Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya. -- Pengkhotbah 7:2
Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah. Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. -- 1 Petrus 4:6-7

Ada dua AKHIR yang diajukan Petrus dalam nas ini yang perlu disadari benar oleh orang percaya supaya menghasilkan pola pikir yang terkendali (beberapa terjemahan Inggris: sober-minded, sound mind, serious) dan pola hidup waspada. Pertama adalah pastinya tiap orang akan mati, kedua adalah pastinya waktu akan berakhir dan tiap orang harus menghadap takhta pengadilan Tuhan. Kesadaran akan dua hal ini, ditambah berbagai kebenaran lain yang telah ia paparkan sepanjang suratnya ini sebelumnya, yaitu bahwa kita sudah dipercik darah Kristus, dilahirkan baru oleh kebangkitan Kristus, dimurnikan oleh Roh Kudus, sedang dibentuk untuk menjadi bagian dalam pembangunan bait rohani, mengikuti model hidup utama, Gembala Agung, yang kita kuduskan dalam hati -- ini semua mengisi sikap dan pola hidup untuk kesaksian kata dan karya serta berperilaku kudus. 
Penginjilan kepada orang mati di sini pasti bukan berarti penginjilan di kuburan atau di upacara kematian atau kepada arwah-arwah. Melainkan, maksudnya adalah penginjilan telah disampaikan kepada orang yang kini sudah mati sehingga ada kepastian bahwa sementara menanti berakhirnya waktu, mereka hidup (selamat) dalam roh. Kiranya kini pun dengan dua kesadaran ini kita memiliki dorongan kuat penuh kasih untuk bersaksi kepada orang-orang sekitar lingkar pergaulan kita sehari-hari.
Nasihat untuk pola dan perilaku hidup serius, waspada, tidak terlena oleh pola tingkah kedagingan dan keduniawian ini khususnya makin relevan perlu kita perhatikan di zaman kini yang sangat mementingkan kenikmatan mata, lidah-perut, telinga, berbagai bentuk jaminan, hiburan, dlsb. Kita tidak boleh hidup seolah hanya waktu ini saja yang kita miliki lalu dengan tanpa pengharapan akan masa depan kekal atau kesadaran akan adanya pengadilan dengan dampak kekal kelak, kita berlomba-lomba menguras sambil melampiaskan segala yang berhubungan dengan kenikmatan badani-waktuwi-duniawi semata. Pengikut Kristus menerima semua karunia badani-bumiah ini dengan syukur dan dalam kendali Roh Tuhan atas seluruh keinginan kita sehingga boleh memiliki pola hidup yang benar-kudus-mulia di hadapan Tuhan dan manusia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar