Jumat, 23 Februari 2018

Serahkan Segala Khawatir

 Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapSat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. -- Matius 6:25-32
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. -- 1 Petrus 5:7

Segala bentuk kejahatan harus dibuang (psl 2), segala kekhawatiran harus diserahkan kepada Tuhan. Kita tidak boleh kompromi dengan dosa, kita tidak boleh juga membiarkan kekhawatiran apa pun menggerogoti kepenuhan kesukaan dan vitalitas hidup kerohanian kita. Mengapa kita khawatir? Mengapa soal kesehatan, keamanan, kenyamanan hidup, jaminan finansial, pekerjaan, keluarga, pelayanan dan banyak lagi aspek lain kehidupan ini sering membuat kita khawatir? Ada dua sebab saling berkait. Sebab utamanya adalah ada kesan atau konsep keliru tentang Allah dan keterlibatan-Nya dengan bumi ini. Allah yang jauh, yang tidak peduli, yang hanya memerhatikan perkara-perkara semesta-dahsyat-kekal tetapi tidak yang remeh-temeh bumiah. Kedua kita yang terbatas dan lemah ini tidak sungguh menyadari itu dan selalu ingin mengendali kehidupan berjalan sesuai keinginan kita. Ketika ketidakpastian hidup menyeruak timbullah kekhawatiran -- mulai dari perasaan, ke pertimbangan lalu berikutnya ke keyakinan yang menjadi goyah. 
Maka dengan menasihati orang percaya untuk menyerahkan segala kekhawatiran, nas ini hendak mengubah kesan dan pandangan kita tentang Allah -- Ia Bapa, Ia bahkan memerhatikan burung, rumput, mengendalikan hujan, angin, dan kita lebih berharga dari semua itu bagi-Nya (Matius 10), Ia seperti ibu yang tidak mungkin melupakan anaknya (Yes. 49) Ia peduli, Ia memerhatikan kita, Ia memelihara kita. Maka segala kekhawatiran -- segala bentuk, aspek mana pun dalam kehidupan dan alasan apa pun dari kekhawatiran kita -- harus diserahkan, dilepas dari kendali kita sendiri yang lemah dan tidak sempurna, kepada kasih-Nya dan kuat-kuasa-Nya yang kekal. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar