Rabu, 16 Mei 2018

Bapa, Panglima, Gembala

TUHAN, ketika Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya; gunung-gunung--yakni Sinai--bergoyang di hadapan TUHAN, di hadapan TUHAN, Allah Israel. -- Hakim-hakim 5:4-5 (bdk. Ulangan 33:2; Keluaran 19:15)
Bernyanyilah bagi Allah, pujilah nama-Nya, siapkanlah jalan raya bagi Dia yang mengendarai awan. Nama-Nya TUHAN--bersenang-senanglah di hadapan-Nya! Allah yang tinggal di Rumah-Nya yang suci adalah bapak anak yatim dan pembela para janda. Allah memberi tempat tinggal kepada orang yang kesepian; Ia membebaskan orang tahanan sehingga mereka bahagia. Tetapi orang-orang yang melawan TUHAN harus tinggal di tanah yang gersang. 
Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, Sela 
bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel. Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang, sehingga kawanan hewan-Mu  (umat-Mu) menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah. -- Mazmur 68:6-11


Gambaran, konsep, kesan kita tentang Allah sangat berpengaruh baik pada spiritualitas maupun pada realitas kehidupan kita. Siapakah Allah, bagaimanakah Ia terhadap kita tidak boleh kita bentuk menurut pikiran kita sendiri atau mengikuti apa kata orang atau kesimpulan dari mengamati keadaan dunia. Ia harus kita kenal sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya baik dalam Wahyu-Nya yaitu catatan Kitab Suci maupun dalam Wahyu-Nya yaitu semua tindakan-tindakan agung-Nya sepanjang sejarah umat Perjanjian Lama dan sepanjang kisah Yesus Kristus.
Nas ini paling tidak memaparkan dua kebenaran tentang Allah. Ia adalah Raja surga yang juga adalah Bapa bagi para anak yatim, pembela para janda, penyedia tempat tinggal bagi orang yang kesepian, pembebas orang yang tertindas. Inilah alasan untuk semua umat-Nya tidak saja sanggup bersukacita dalam suasana baik namun juga bersukacita dalam suasana kurang / tidak baik. Ini bukan senang-nyaman-gembira yang bergantung pada faktor luar atau kekuatan batin sendiri, melainkan sukacita karena mengakarkan hati-pikiran-perasaan-imajinasi sedalam-dalamnya pada penyataan diri Allah. 
Gambaran berikut adalah Allah sebagai Gembala yang dinamis, yang berjalan di depan memandu, merintis, membuka jalan untuk umat-Nya mendapatkan warisan dari Dia sesuai maksud baik-kekal-Nya bagi dunia ini. Kepemimpinan Allah adalah sebagai Panglima Perang -- menggunakan penggambaran pasukan yang maju bergerak untuk berperang. Ketika terjadi kegerakan ilahi demikian maka dampaknya terasa di bumi -- bumi bergoyang, Sinai menampakkan kedahsyatan Allah, dan umat di bumi menerima dampak penyelenggaraan Allah yang bagaikan "surga jatuh" yaitu turun menghujani umat dengan manna dan burung sebagai makanan mereka. Ini jelas adalah pengalaman nyata umat Perjanjian Lama ketika mereka berbaris mengikuti kepemimpinan Allah memasuki Kanaan. 
Bagaimana pun baik atau buruknya situasi di luar sana haruslah kita imani secara sungguh bahwa Allah adalah Bapa, Panglima dan Gembala yang baik. Pertanyaannya adalah apakah keBapaan, kePanglimaan, keGembalaan Allah itu kita hidupi aktif dalam interaksi sosial kita di pertetanggaan, sekolah, kantor di samping juga di gereja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar