Sabtu, 21 Juli 2018

Hanya Lima Roti Dua Ikan

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.  -- Matius 14:14-21

Ada apa dalam diri Yesus -- sikap-Nya, ajaran-Nya, perhatian-Nya kepada orang banyak itu -- sehingga mereka sepanjang hari sampai malam tetap ingin di dekat Dia, tidak merasakan lapar dan lelah sedikit pun? Demikian pun halnya dengan para murid?
Perhatikan bagaimana sikap-Nya pada kebutuhan jasmani orang banyak itu -- mereka yang sakit, dan ketika para murid mengingatkan bahwa mereka pasti sudah sangat lapar juga -- bagaimana respons Yesus? Mengapa Ia tidak langsung saja mengatakan, "Aku akan membuat mukjizat yang menunjukkan Akulah yang memberi manna pada nenek moyangmu di padang gurun dan yang akan membayang-bayangi dan meneguhkan apa yang kelak akan Ku buat memberikan tubuh dan darah-Ku menjadi sumber kamu semua mendapatkan hidup yang kekal"? Atau, "Aku akan memberi mereka makan"? Tetapi, "Kamu harus memberi mereka makan."
Apa arti perkataan para murid, "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan"? Dan bagaimana dampak perintah-Nya, "Bawalah ke mari kepada-Ku" pada para murid yang sendirinya membutuhkan bekal tersebut?
Apa makna gestur Yesus yang sangat mungkin ditangkap oleh para murid dengan Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat dan menyuruh para murid membagi-bagikan roti dan ikan itu. Sanggupkah mereka menangkap -- hubungan Yesus dengan Bapa yang begitu akrab; arti dari "Ia memberkati roti dan ikan itu" dan bukan memohon berkat kepada Bapa -- bahwa itu semua mengisyaratkan bahwa Ia sesungguhnya yang memelihara langit dan bumi dan segenap isinya, yang membuat setiap makhluk boleh beroleh makan pada waktunya, dan yang dalam inkarnasi-Nya telah berulang kali merasakan lapar yang dialami manusia -- Ia kini yang sedang bertindak memberi makan, menopang kehidupan manusia.
Perhatikan beberapa hal ini: "Kamu beri mereka makan...; kami HANYA memiliki ...; mereka membawa dan menyerahkan kepada Ia yang memerintahkan itu...; Ia menengadah ke langit memberkati, memecah-mecahkan dan memerintahkan untuk dibagi-bagikan... semua makan sampai kenyang... sisa dua belas bakul penuh." 
Apa / Berapa yang kita punya? Sediakah kita berikan itu kepada-Nya untuk menjawab kebutuhan bersama orang lain? Percayakah kita akan kuasa-Nya yang telah memberikan tubuh dan darah-Nya untuk menghidupkan kita yang mati dalam dosa untuk juga memberkati yang sedikit dan terbatas punya kita untuk melipat-ganda memberkati banyak kebutuhan bersama orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar