Jumat, 13 Juli 2012

PELAJARAN ALKITAB TENTANG HARTA (3)


3. Pegang kekayaan dan harta milik Anda secara longgar dan beri dengan tangan terbuka dalam kemurahan hati.
Jika segala sesuatu yang seseorang punya adalah milik Allah, dan hidup bukan sekadar apa yang kita miliki, maka memegangi milik kita secara longgar adalah hal logis berikutnya. Alkitab jelas bahwa kemurahhatian harus mencirikan umat Allah (1Tim. 6:18). Memberi harus dilakukan dengan niat dan gembira, tidak dengan terpaksa (2Kor. 9:7). Ada tekanan khusus tentang memberi kepada orang miskin dan memerhatikan keperluan mereka (Efs. 4:28). Cara orang menangani uang mereka, khususnya seberapa murah hati mereka dengan uang, dijadikan barometer tentang kehidupan spiritual mereka. Yesus jelas bahwa hati kita mengikuti uang kita, artinya, kita dapat menceritakan banyak hal tentang di mana hati kita dari di mana kita menginvestasi uang kita (Mat. 6:19-21). Inilah alasan Yesus mengatakan kepada pemimpin muda yang kaya untuk memberi semua uangnya. Tetapi itu tidak harus menjadi norma bagi masa kini – ada banyak macam orang kaya yang mengikut Yesus dan menjadi bagian dari gereja awal, yang mengusulkan bahwa akumulasi kekayaan tidak sendirinya dilarang dalam Alkitab (kuis nomor 9). Namun demikian, dalam contoh si pemimpin muda yang kaya itu, kekayaannya adalah indikasi dari kondisi hatinya, dan satu-satunya cara mengurus isu itu dengan tepat adalah dengan melepaskan diri dari kekayaannya.

            Gereja di bagian awal Kisah Para Rasul terkesan membagi bersama kepunyaan mereka (Kis. 2:44) dan sebagian orang mengusulkan bahwa gereja adalah bentuk awal dari kehidupan komunal. Walaupun penolakan akan harta bumiah bukan norma, jelas bahwa gereja memegangi harta mereka dengan sangat longgar agar bisa memenuhi kebutuhan finansial para anggota mereka secara berarti. Kisah Para Rasul 2:42 menjelaskan bahwa anggota gereja mula-mula menjual harta mereka bukan untuk prinsip penolakan melainkan demi mereka yang memiliki kebutuhan mendesak.[1] Gereja mula-mula tidak mempraktikkan divestasi dari semua barang bumiah, meski mereka luar biasa bermurah hati dalam memenuhi banyak sekali kebutuhan ekonomi yang mendesak. Gereja awal senantiasa bermurah hati, terkadang memanjangkan kemurahhatian mereka ke kebutuhan di bagian dunia lainnya (Kis. 11:27-30; 2Kor. 8:1-12). Namun demikian, para rasul juga menekankan bahwa tiap orang wajib bekerja untuk mendukung dirinya sendiri, keluarga dan orang miskin (Kis. 4:28; 2Tes. 3:6-10). Jika seseorang tidak bersedia bekerja, ia tidak diizinkan berbagi dalam sumber-sumber yang ada dalam komunitasnya.



[1] Gonzales, Faith and Wealth, hlm. 82.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar