Jumat, 20 Juli 2012

Wawasan Kristen tentang Ambisi & Sukses


SUKSES DAN AMBISI DALAM WAWASAN DUNIA KRISTEN

Pada kilas pertama Alkitab terkesan mengecilkan ambisi. Paulus memerintahkan gereja agar ambisi mereka ialah menjalani hidup yang tenang (1Tes. 4:11). Satu-satunya tempat ambisi dipuji ialah ketika Paulus memuji orang yang berhasrat untuk menjadi penilik gereja (1Tim. 3:1). Dalam konteks dunia purba ini tidak heran sebab hanya ada sedikit saluran sah bagi seseorang mengejar ambisi ekonomi. Tetapi ini tidak berarti Alkitab tidak memiliki nasihat bagi orang masa kini yang bekerja keras untuk sukses. Hanya karena tersedia sedikit kategori untuk mobilitas sosio-ekonomi dalam abad pertama tidak berarti bahwa Alkitab memandang rendah mereka yang ingin mengejar keberhasilan dalam bisnis mereka. Pada akhirnya, tersedia beberapa contoh sukses “duniawi” terpuji dalam Alkitab. Abraham dan Ayub adalah orang-orang kaya; Yusuf naik ke posisi perdana menteri Mesir; Nehemia adalah pejabat tinggi dalam pascapembuangan di Persia; Daniel tumbuh dalam kebudayaan Babilonia dan pada kenyataannya ia yang menjalankan kerajaan untuk para raja selama lebih dari enam puluh tahun masa pengabdiannya; dan ada sekelompok kecil para kader dari orang sukses dan kaya yang mendukung Yesus serta para rasul sepanjang era Perjanjian Baru. Agaknya tidak ada apa pun yang secara intrinsik bermasalah tentang orang yang setia kepada Allah yang juga sukses atau berambisi pada saat yang sama, sambil mengandaikan motif mereka konsisten dengan ajaran Alkitab.

            Tetapi kita harus jelas tentang apa yang dimaksud sukses dari wawasan dunia Kristen. Yang jelas, hal itu tidak harus terkait dengan neraca keuangan seseorang. Tidak harus juga berkaitan dengan memiliki posisi berpengaruh. Juga menjadi tersohor atau termashur tidak harus berkait dengan keberhasilan. Pada akhirnya, seseorang dapat dikenal karena banyak hal, sebagian sebabnya dapat menjebloskan orang ke dalam penjara! Semua ini adalah ukuran yang palsu, meski sering diandaikan oleh kebudayaan pada umumnya. Jika pekerjaan Anda adalah sebuah mezbah, suatu pelayanan transformasional bagi Allah, maka bagaimana Anda mengukur keberhasilan Anda tidak akan disesuaikan dengan standar dunia.
(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar