Jumat, 06 Januari 2017

Penciptaan (1)

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama... -- Kejadian 1 & 2
Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. -- Kolose 1:15-17

Umumnya kita membaca kisah penciptaan dengan sudut pandang yang menegaskan kuasa Allah. Tidak salah, namun masih banyak unsur penting dan indah perlu kita tarik dari kisah penciptaan. Bacalah ulang Kejadian 1 dan 2 sambil coba merenungkan beberapa hal berikut: 1) Allah Tritunggal -- Bapa, Anak (Firman) dan Roh -- sesungguhnya dalam kekekalan ada dalam "dunia"-Nya sendiri yang sempurna, mulia, indah, dalam hubungan kasih kekal. Namun kasih-Nya meluap berkehendak mencipta alam semesta dengan segenap isinya yang di dalamnya terdapat gambar-Nya. Maka penciptaan adalah buah kasih Allah, mirip (terbatas) anak-anak adalah buah kasih suami-istri. 2) Perhatikan bagaimana kerjasama serasi serempak terjadi antara peran Bapa, Anak (Firman), Roh. Ini merupakan gambaran komunitas semestinya: ada peran masing-masing, kehendak masing-masing, kekhasan masing-masing namun masing-masing serasi, seirama, sederap dengan lainnya. Kiranya Tuhan menolong keluarga, gereja, dunia kerja kita boleh makin menyerupai kerjasama Tritunggal ini oleh anugerah-Nya. 3) Allah menyediakan dan mengatur segala sesuatu untuk kedatangan sang manusia, gambar-Nya sendiri. Dunia manusia sebagai gambaran kerja-Nya harusnya juga demikian, yang senior yang lebih berpengalaman bukan menindas yang junior tetapi menyediakan segala sesuatu yang perlu supaya yang baru datang sanggup berperan dengan baik. Kiranya keluarga, gereja, dunia kerja kita pun demikian.

Betapa mulia Engkau, Tuhan Pencipta telah mengungkapkan diri-Mu, kasih-Mu, kuasa-hikmat-Mu dalam ciptaan. Tolong kami belajar dari penciptaan prinsip untuk kami hidupi, supaya kami boleh sungguh menggambarkan-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar