Selasa, 02 Oktober 2012

Mengasihi Allah


Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! - Mazmur 18:1

Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!  Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya. - Mazmur 149:2-4

 
Di dalam diri manusia terdapat unsur emosi yang perlu diungkapkan dalam penghargaan yang murni dan penyambutan kasih pihak lain, entah kasih dari sahabat, teman hidup atau kasih Allah dalam Kristus. Saudara-saudara dari Karismatik mengerti hal ini dan kesediaan mereka untuk luapan penglihatan, suara, dan gerak dalam penyembahan bersama ditujukan untuk hal itu. Karena alasan kesopanan, keteraturan, dan barangkali juga kehormatan sosial, pengekangan ungkapan jasmani telah menjadi ciri dari penyembahan di gereja-gereja arus utama.

            Yang membuat orang karismatik lebih demonstratif bukan kurangnya rasa hormat kepada Allah, melainkan kepenuhan kasih yang gembira kepada Yesus Kristus dan sesama Kristen. Siapa pun yang pernah berbagi dalam rangkulan kudus jemaat karismatik, seperti yang pernah saya alami, melihat para uskup berdansa dalam gereja, tahu yang saya maksudkan ini.

            Bila tidak diarahkan dengan baik, ungkapan emosi bentuk penyembahan karismatik dapat dengan mudah menjadi semacam rutinitas pamer; tetapi kekakuan jasmani yang dingin dengan paras wajah yang serius, pun dapat dengan mudah menjadi ungkapan dari formalisme beku, tanpa keterlibatan hati. Di antara kedua hal ini Anda harus menentukan pilihan, tetapi standar alkitabiah jelas adalah bahwa kegairahan yang kurang teratur, luapan kasih dan sukacita dalam Allah, lebih baik daripada keteraturan yang mati yang tidak mengalami hal-hal indah itu. Seekor anjing yang hidup, jelas lebih baik daripada seekor singa yang mati (Pkh. 9:4).

 
Apakah beda antara keterlibatan emosi dari emosionalisme dalam penyembahan?

Aku cinta Engkau, Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar