Selasa, 26 Juni 2018

Awas Penyesat!

... Serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. -- Kisah Rasul 20:29-30

Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. -- 2 Petrus 2:1-3

Fakta dan peringatan tehadap para nabi palsu, para guru palsu, para penyesat berulang kali dicanangkan baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru. Karena ajaran salah membawa kesesatan dan berujung pada kebinasaan maka semua kita perlu memerhatikan dengan serius peringatan ini. 
Pertama, nas ini adalah lanjutan dari pembicaraan Petrus tentang sentralitas Kitab Suci yang memuat nubuat, ajaran, catatan tentang para manusia Allah sejati sebagai pegangan melawan berbagai dongeng menyesatkan. Bergaul akrab dengan Kitab Suci sambil mengandalkan pertolongan Roh Kudus untuk kita mengerti dengan benar dan melaksanakannya, adalah satu-satunya cara untuk melindungi diri dari kesesatan. Kesesatan dan para penyesat adalah akibat dari ketidaktundukan kepada otoritas Kitab Suci.
Kedua, para penyesat itu akan berasal dari kalangan Kekristenan / gerejawi sendiri. Berarti entah mereka orang Kristen biasa, atau orang-orang yang kedudukan dan fungsinya -- semisal guru agama, pembina rohani, pendeta / gembala jemaat -- berpotensi menjadi kanal penyampaian ajaran sesat. Tanpa harus membangun sikap curiga kepada semua pengkhotbah atau pengajar, tetap semua kita perlu memiliki biblical literacy (celik alkitabiah) supaya ada di jalur yang benar menuju hidup kekal.
Ketiga, mereka akan memasukkan (mengandung arti menyelipkan, menyelinapkan, membuat sesuatu yang sebenarnya bukan bagian dari kebenaran menjadi seolah kebenaran). Memang, inilah tipu daya iblis ketika menjatuhkan Hawa dan kemudian Adam -- memutarbalikkan firman Allah. Lagi-lagi hanya dengan memiliki keaksaraan alkitabiah dan daya untuk memberlakukannya dari Roh Kudus kita boleh memiliki imunitas yang tinggi terjadap kesesatan.
Keempat, pada dasarnya kesesatan mereka adalah menyangkali Sang Penguasa (kemungkinan di sini mengacu kepada Perancang Keselamatan yaitu Allah Bapa) dan karya penebusan Yesus Kristus. Memang bukan doktrin yang menyelamatkan kita melainkan Ia dan kebenaran tentang diri dan karya-Nya yang menyelamatkan; maka, harus ada sikap yang menyukai dan menjunjung tinggi ajaran kebenaran yang membuat kita sungguh berelasi benar dengan Tuhan Allah. Doktrin bukan dipelajari sebagai tujuan akhir atau sebagai pengganti realitas relasi dengan Tuhan, bukan juga dikecilkan artinya sampai dianggap tidak perlu. Doktrin adalah bagaikan tengkorak yang menopang tubuh dan mewadahi nafas kehidupan.
Kelima, jangan lupa sedetik pun bahwa kesesatan pasti berujung pada kebinasaan. Maka jangan tergiur oleh ujaran, ajaran, kesaksian, pidato, khotbah yang menyesatkan.
Keenam, salah satu tanda pengenal para penyesat adalah gaya hidup mereka. Mereka cenderung antinomian atau tidak mengikuti norma-norma moral dalam kehidupan pribadinya, dan mereka cenderung menjadikan umat sebagai lahan basah untuk meraup banyak keuntungan materiil. 
Ketujuh, karena ajaran dan gaya hidup mereka Jalan Kebenaran -- di sini bisa merujuk kepada prinsip iman yang berpusatkan pada Pribadi Yesus Kristus sendiri yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hiduo -- akan diejek, dilecehkan, dihujat dunia. Karena itu, orang percaya harus menolak, melawan bahkan menelanjangi kepalsuan dan kesesatan mereka.
Zaman ini yang sangat merayakan keragaman, kelainan, ketidaksamaan, adalah masa subur untuk para penyesat berkeliaran -- melalui mimbar, seminar, medsos, dlsb. Mari kita jaga baik-baik sejauh mana mengembangkan suasana saling belajar dan menghargai keragaman ajaran tetapi tanpa tergelincir ke dalam wilayah kesesatan. Roh Kudus dan Firman tertulis menolong kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar