Selasa, 12 Juni 2018

Penguasaan Diri

Buah Roh ialah... penguasaan diri -- Galatia 5:23
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri -- 2 Petrus 1:5-6

Iman yang benar dan hidup juga akan menghasilkan penguasaan diri -- atau mengikuti cara Petrus mengatakannya, orang percaya harus berjuang dengan giat menambahkan penguasaan diri kepada imannya sehingga iman dipastikan benar dan hidup. Bagaimana kita mengembangkan penguasaan diri, apa penguasaan diri ini dan mengapa perlu?
Apabila Petrus menempatkan penguasaan diri sebagai usaha giat orang percaya, Paulus melihat penguasaan diri sebagai buah dari karya Roh di dalam orang percaya? Ini bukan dua pendapat bertentangan tetapi dua sisi tekanan saling melengkapi. Ingat bahwa Petrus bertolak dari kuat-kuasa ilahi dan janji-janji yang mulia dan ajaib yang darinya orang percaya boleh menimba kekuatan untuk giat menambahkan antara lain penguasaan diri. Ingat juga bahwa Paulus sama menekankan pentingnya berjalan dalam Roh, hidup dalam Roh supaya buah kehadiran-Nya boleh mewujud. Jadi keduanya menekankan kesumberan karya Allah sambil juga kerjasama orang percaya mengingini, mengambil, mengerjakan, mewujudkan potensi dari Tuhan ke dalam aksi nyata kemanusiaan kita.
Apa sebenarnya penguasaan diri ini? Baik kita mulai dengan mengingat bahwa dosa telah mencemari seluruh kapasitas manusia kita. Ada sifat atau dorongan dosa yang mengakar ke dalam segala segi naluri kemanusiaan kita. Coba pikirkan berbagai keinginan berikut: makan. minum, pakaian, hiasan, hidup nyaman, uang, hiburan, barang, kendaraan, sukses dalam pekerjaan / usaha, pengaruh, dlsb. Tidak ada satu pun dari semua ini yang jahat atau dosa dalam dirinya, selama dan sejauh ada penguasaan diri. Coba lihat acara kuliner tertentu -- tidak semua memang -- tetapi ada beberapa yang akhirnya harus kita katakan itu sebagai kerakusan luar biasa dan tidak mengingat kenyataan begitu banyak orang yang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan. Dalam hal seperti itu, nafsu makan menjadi kerakusan yang berdosa. Demikian juga berbagai kebutuhan fisik lainnya, bahkan juga berbagai keinginan batin yang lebih tersembunyi dan kerap tidak tampak bila tidak dikendalikan bisa menjadi dosa.. 
Mengapa perlu penguasaan diri? Bukan saja supaya kebutuhan dan keinginan manusiawi kita tidak dirusakkan terus menerus oleh penyimpangan dosa, tetapi terutama karena kita sedang diproses menuju manusia yang berbagian dalam kodrat ilahi. Ini adalah alasan paling utama dari perlu dan pentingnya penguasaan diri -- supaya sifat, tabiat, kehendak, kodrat ilahi boleh semakin dekat dan nyata di dalam kehendak, sifat dan perilaku kita -- dalam pengendalian perut, mata, telinga, lidah, angan-angan, cita-cita, dst. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar