Kamis, 21 Juni 2018

Panggilan Pastoral

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir -- Filipi 2:12
Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. -- Kolose 3:16
Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. -- 2 Petrus 1:12-15

Tugas siapakah mengajarkan, mengingatkan, membimbing, mendoakan agar sesama orang percaya, gereja lokal kita boleh bertumbuh-bertambah-berkembang? Apa sajakah yang harus diajarkan, diingatkan, dicontohkan supaya kita satu sama lain berakar, bertumbuh dan berbuah dalam iman kita? Dalam konteks apa sajakah hal mengajar, mengingatkan, menegur, ini harus dijadikan budaya kehidupan umat bersama? Dan sampai kapan itu perlu dilakukan?
Dalam nas ini jelas bahwa Petrus -- yang telah diajar, dibimbing, dilayani oleh Yesus Kristus melalui pengajaran-Nya dan pertolongan Roh Kudus kini meneruskan apa yang telah ia terima itu kepada jemaat-jemaat yang ia pastoralkan. Sesungguhnya inilah definisi pastoral -- memberi makan dan menggembalakan -- yang Petrus terima dari Tuhan ketika ia dicari, dibarui dan dipercaya ulang menjadi gembala dari sang Gembala Agung (Yohanes 21). Ini harus menjadi standar pelayanan dari semua yang dipecaya menjadi gembala umat; juga menjadi ekspektasi dan doa kita semua. Dalam tradisi Ibrani tugas mengajarkan, mengingatkan, mengakarkan, mendorong terjadinya tumbuh-tambah iman ini juga adalah panggilan para orangtua kepada anak-anaknya, para suami dan para istri secara timbal balik, panggilan semua umat percaya karena seperti prinsip teologi yang ditemukan kembali oleh para reformator kita semua adalah imamat yang berkerajaan, umat yang kudus, kaum kepunyaan Tuhan sendiri -- prinsip: keimamatan semua orang percaya.
Apa saja yang perlu diingatkan, diajarkan ulang itu? Seluruh hikmat dan kebenaran Injil Yesus Kristus -- segala sesuatu yang telah Yesus Kristus ajarkan dan percayakan untuk disampaikan dalam rangkaian proses pemuridan: dari rasul, kepada murid rasul, kepada mereka yang menghidupi dan cakap mengajar orang lain, dst... Bukan saja yang belum diajarkan tetapi juga yang sudah diketahui supaya benar-benar mengakar, menumbuh, membuah-buah -- mendarah-daging dalam segala aspek kehidupan. Dari hati ke pikiran-perasaan-kemauan-pertimbangan-ingatan-kenangan-imajinasi, dari tempat tidur ke wc ke ruang makan ke kendaraan ke ruang kerja, dari ruang keluarga ke ruang ibadah, dst.
Tugas ini perlu dijadikan budaya seumur hidup, baik seumur hidup setiap pribadi, juga seumur hidup gereja lokal dan sinodal dan universal. Sampai masing-masing dan semua kita tiba di akhir ketika kita mengalami yang sempurna -- kasih tanpa takut, kesalehan dan kekudusan dalam bentuk tidak dapat berbuat dosa lagi, kodrat ilahi yaitu menjadi serupa dan manunggal dengan Tuhan Yesus Kristus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar