Kamis, 17 Februari 2011

Dosa Ciri Diri

Hidup saya, seperti rumah saya, membawa tanda-tanda unik pengalaman, relasi, kesenangan, ketidaksenangan, karunia dan kekurangan saya sendiri. Hidup saya memeragakan pola, konsistensi dan kebiasaan. Bahkan spontanitas terjadi dalam batasan-batasan.
            Demikian pun dosa saya terpola. Saya dapat meramalkan pencobaan-pencobaan saya dengan pilihan-pilihan yang pernah memikat saya sebelumnya. Pencobaan lain boleh jadi menyiksa tetangga saya tetapi sama sekali tidak membuat saya bergumul tentangnya. Pola dosa saya unik untuk saya.
            Kebanyakan kita tidak diterpa oleh berbagai pencobaan yang datang bagaikan angin dari berbagai jurusan. Hanya sedikit orang yang dicobai oleh kemabukan di suatu hari dan hari berikut oleh imoralitas seksual dan hari lainnya lagi oleh pencurian atau kekerasan atau kemalasan. Kita tidak berdosa secara acak. Dosa kita mengalir secara konsisten dan dapat teramalkan...

Paulus mengajarkan bahwa dosa-dosa kita yang melekat adalah bagian kutukan tak terpisahkan dari Kejatuhan dan hukum dosa yang diakibatkannya. “Aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku” (Rm. 7:21). Dosa seperti membran yang ketat menempel tak terbedakan dari kulit saya. Dari kategori-kategori universal saya membangun suatu jejaring dosa yang khas milik saya. Tidak ada pencobaan kecuali yang biasa untuk seluruh kemanusiaan, namun menegaskan dirinya secara perorangan dalam cara-cara sebagaimana saya merespons setiap pencobaan.
            Seperti suatu tanda tangan, pola dosa saya sedemikian menjadi ciri pribadi saya sampai ia dapat dipakai untuk mencirikan jatidiri saya. Ia menjadi profil dosa saya. Siapa pun yang akrab dengan saya akan segera mengenalinya sebagai dosa saya. Itu sebabnya saya berjuang untuk menyembunyikannya, bahkan membuat kompensasi berlebihan untuknya, supaya bahkan orang yang paling dekat saya tidak akan mencurigai bahwa ada hal itu. Saya menanamkan banyak energi ke dalam penampakan saya – suatu penampilan topeng yang palsu – yang diperhitungkan untuk meniadakan semua petunjuk profil dosa saya.
            Rayuan yang berasal dari kepercayaan palsu datang dalam bentuk dua gumulan sentral manusia: kesombongan dan ketakutan. Ketakutan akan kefanaan mendorong kita untuk menyangkali kemanusiaan Kristus – bidat Docetisme. Kita ingin Kristus tidak tersentuh oleh kerusakan kemanusiaan, sama seperti kita ingin menghindarinya juga. Di ekstrim lain, kesombongan akan kemanusiaan kita membawa kita ke penyangkalan keilahian Kristus – bidat Adoptionisme. Bersama Lucifer, kita menyesali fakta bahwa Kristus telah ditinggikan di atas kita, dan kita haus kesetaraan dengan-Nya.
            Kesombongan dan ketakutan adalah dua bersaudara rohani yang menarik. Ada sesuatu yang mendasar tentang mereka dan cara kita beredar di antara mereka. Masing-masingnya mendorong kita untuk berdosa dalam cara berbeda. Di satu saat kesombongan mendorong saya untuk meraih melampaui apa yang Allah telah taruh dalam jangkauan saya. Di saat berikutnya saya takut penolakan dan penelantaran saya oleh Allah dan menginginkan-Nya untuk meluputkan saya. Kesombongan dan ketakutan terletak di inti dosa asal... dst.

Dikutip dari Pasal 1 Buku Dosa Ciri Diri karangan psikolog dan dosen di Wheaton College, Michael Mangis - sangat bermanfaat untuk pertumbuhan diri, pelayanan pemuridan, konseling, wawasan pastoral, dlsb. Info / Pemesanan: waskitapublishing@gmail.com atau sms / call ke 0812-270-24-870.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar