Kamis, 10 Februari 2011

Yang Luar Biasa di Antara Yang Biasa

Penyerahan Yesus di Bait Allah -
Lukisan Rembrandt

Ironis sekali apabila karena kita kurang memerhatikan atau karena terbiasa tentang sesuatu, hal-hal yang luar biasa menjadi biasa-biasa saja dalam kesan kita. Bayangkan jika seorang pemusik kaliber dunia memainkan alat musiknya yang luar biasa mahal – di tempat lalu lalang umum, lalu ternyata tidak ada orang yang memerhatikannya apalagi mengenalinya. Ironis bukan?
            Hal seperti itulah yang terjadi di bulan Januari 2007 ketika suratkabar Washington Post meminta Joshua Bell, pemain biola kaliber dunia, memainkan biola stradivariusnya yang amat sangat mahal. Konon ia menjual biola stradivariusnya sendiri yang diberi nama Tom Tyler (buatan tahun 1732) seharga lebih dari 2 juta dollar untuk kemudian membeli biola stradivarius lain yaitu Gibson ex Huberman buatan tahun 1713 seharga 4 juta dollar. Selama 43 menit Joshua Bell diminta memainkan biolanya itu di stasion metro di Washington D. C. pada jam sibuk. Ternyata dari seribu orang lebih yang berjalan melewatinya, hanya seorang yang mengenali dan hanya empat orang berhenti sejenak untuk mendengarkan ia memainkan lagu-lagu klasik kelas dunia.
            Sadarkah Anda, hal yang lebih ironis dari itu terjadi terus dalam hidup kita! Ada yang lebih piawai, lebih mulia, lebih berharga dari Joshua Bell dan stradivariusnya sedang menghasilkan karya-karya cemerlang dalam hidup kita dan dunia kini, namun kita tidak menyadari dan tidak menikmati apalagi terlibat. Dalam waktu-waktu biasa kita, Ia yang Maha luarbiasa hadir dalam setiap dan semua pribadi, peristiwa, waktu sehari-hari kita, namun…???
            Sesudah hari Epifania dalam tradisi gereja Katolik umat Kristiani memasuki minggu-minggu biasa yang berlangsung sampai sebelum Rabu Abu (memasuki minggu sengsara pertama – oleh sebagian gereja Protestan masa ini disebut minggu-minggu epifania). Ada sesuatu yang meleset dalam terjemahan terjadi sehingga istilah Latin ordinal diterjemahkan menjadi ordinary dalam bahasa Inggris lalu diterjemahkan menjadi ‘biasa’ dalam bahasa Indonesia. Padahal arti harfiah dari ordinal ialah sesuatu yang dihitung atau diperhitungkan – tentunya hanya sesuatu yang istimewa dan luar biasa yang diperhitungkan, bukan?
            Dalam minggu-minggu biasa ini suasana mengenali, menghargai, mengenang lawatan Allah yang dahsyat dalam epifania dipupuk oleh umat. Karena itu sikap tekun, setia, menanti-nanti yang ditunjukkan oleh Simeon dan Anna menjadi teladan dari sikap yang digemakan dalam Mazmur 24: yaitu, umat yang menanti-nanti dan merindu hadirat Allah. Dari begitu banyak orang yang ke Bait Allah hanya Simeon dan Anna yang mengenali bayi yang diserahkan kepada Allah itu sebagai sang Mesias (Lukas 2:22-38). Mengapa mereka bisa mengenali Yang luar biasa di antara hal-hal yang tampaknya biasa-biasa saja? Karena mereka menanti-nantikan sang Mesias. Karena mereka membuka diri kepada penyataan Roh Kudus dalam doa dan puasa, persis seperti kumandang suara yang mengundang pintu-pintu gerbang untuk terbuka dan menengadah bagi kedatangan Yang Mahamulia (Mazmur 24:7). Maka mereka mengalami berkat dahsyat luar biasa boleh memandang sang Keselamatan, Terang untuk dunia.
            Dalam semua yang biasa di keseharian kita sesungguhnya hadir dan terjadi hal yang luar biasa, yaitu penyertaan dan penyingkapan banyak karya Allah dalam hidup kita. Tetapi memang semua itu tidak akan disadari sebagai hal luar biasa tanpa penyataanNya bekerja dalam diri kita dan tanpa kesediaan kita untuk berdisiplin dari waktu ke waktu untuk diam memberi atensi barang sejenak kepada apa yang Roh dan firman katakan melalui yang biasa itu ke hati kita.
            Untuk menyadari keluarbiasaan hal yang biasa-biasa, perlu disiplin membaca Alkitab khususnya, dan membaca buku bermutu. Membaca sendiri adalah suatu disiplin yang menumbuhkan atensi dan pikiran terkonsentrasi kepada sesuatu yang berharga. Lebih lagi jika buku-buku bermutu yang kita baca memberi masukan yang menciptakan kepekaan akan kekayaan jalan-jalan Allah dalam hidup ini.
            Dalam “minggu-minggu biasa” sesungguhnya banyak penyingkapan ilahi (teofania = epifania) sedang terjadi, dan bukan hanya pada hari-hari khusus seperti Natal, Paskah dan Pentakosta. Jangan terjebak membiasakan yang luar biasa karena meluarbiasakan yang sesungguhnya di mata Allah tidak terlalu luar biasa! Sebaliknya buka diri pada bisikan Roh melalui firman untuk mengenali yang luar biasa dari Allah dalam yang biasa-biasa dalam keseharian kita. Kita perlu memiliki hidup yang atentif kepada suara Roh Allah dengan menjalani semua peristiwa keseharian kita dalam sikap bertanya-tanya kepadaNya dan dengar-dengaran atau mengingat-ingat terus apa yang firman katakan. Kiranya hari-hari kita selalu mulai dengan doa dan perenungan firman yang penghayatan serta penghidupannya berkelanjutan sepanjang hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar