Senin, 07 Februari 2011

Perang Telah Dimenangi

Orang kafir masa purba, seperti orang animis masa kini, menganggap dunia dihuni oleh kekuatan-kekuatan yang bermusuhan atau yang berpotensi bermusuhan. Jika Anda berlayar di laut, sebaiknya Anda lebih dulu berbaikan dengan dewa laut. Jika Anda maju berperang, Anda perlu Mars memihak Anda. Jika Anda jatuh cinta, Anda perlu memastikan pertolongan Aphrodit. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Bahkan ada begitu banyak “dan seterusnya” tadi sampai hidup menjadi sangat rumit, dan tidak kurang menakutkan. Dan banyak kaum jelata yang menjalani urusan keseharian mereka dalam iklim ketakutan dan ketidakpastian. Mereka berusaha sebaik mungkin untuk menjauhi masalah; tetapi seringkali usaha terbaik pun tidak cukup, dan roh-roh jahat yang bersembunyi di balik setiap semak akan mendapatkan Anda juga.
            Kerap kali, roh jahat akan bertindak melalui agen manusia. Jika Roma menang perang atas Inggris, itu disebabkan dewi Roma lebih kuat daripada dewi Inggris. Medan perang dunia dan medan perang surga tidak dipisah oleh teluk luas; yang surgawi adalah dimensi tersembunyi dari yang bumiah, merupakan fitur ekstra dari realitas biasa yang menjelaskan apa yang “sesungguhnya” terjadi. Pemerintah dan kekuatan di angkasa tidak berada jauh. Mereka merupakan dimensi dalam dari peristiwa-peristiwa luar.
            Apakah kita tersenyum membaca ini? Jika demikian, kita tersenyum ke cermin wajah kita sendiri. Siapa yang menjalankan dunia kita? Para politikus? Lupakan itu. Mereka sendiri mengaku tidak berdaya; mereka adalah korban dari “kekuatan-kekuatan” di luar kendali mereka. Mereka berusaha menerima pujian ketika segalanya berjalan baik, tetapi ketika segalanya menjadi buruk kebenarannya pun keluar. Semuanya hanya masalah kekuatan-kekuatan ekonomi. Kekuatan? Saya tidak melihat kekuatan. Tetapi tentu hal itu harus sangat berkekuatan. Mereka telah membuat kita mengalami resesi berlarut-larut. Mereka menciptakan banjir pengungsi, dan bangsa paling kuat di dunia tidak dapat mengaturnya. Mereka telah menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Mereka telah mendesak ribuan bisnis mengalami kebangkrutan. Berjalanlah melalui kota-kota besar kita, dan dari satu toko ke toko lain Anda temukan kaum tina wisma, meminta belas kasihan Anda. Siapa menempatkan mereka di sana? Coba tanya politikus; tanya ekonom: itulah akibat kekuatan ekonomi, jawab mereka. Itulah iklim politik. Itulah situasi ekonomi dunia.
            Pandang lebih luas. Mengapa kita belum juga memecahkan masalah Bosnia, atau Rwanda, atau Irlandia Utara, atau konflik-konflik di belahan dunia lain? Kita memiliki satelit mata-mata yang memberitahukan segala yang kita ingin tahu tentang dunia. Kita memiliki departemen politik dan ekonomi di universitas-universitas di semua tempat. Kita punya komputer yang dapat memberitahu apa saja tentang apa pun. Tetapi kita tidak dapat menghentikan orang dari saling membom atau saling usir dengan parang. Mengapa tidak? Kekuatan politik. Iklim pasca Perang Dingin. Kesukuan. Dan jika kita tanyakan mengapa planet yang sepenuhnya sanggup menghasilkan cukup makanan dan membagikannya ke semua pria, wanita dan anak yang bernafas, namun tetap saja jutaan dari mereka kelaparan, jawabnya tetap sama. Ada kekuatan-kekuatan yang menghentikan kita dari melakukan itu.
            Itulah bahasa yang kita sendiri pakai. Kita tidak dapat menyentuh dan melihat kekuatan-kekuatan itu. Sebagian dari mereka mungkin, untuk sejenak, dapat dengan cukup dekat diidentifikasi dengan manusia tertentu; tetapi singkirkan orang itu, dan kekuatan tersebut masih tetap ada. Seperti sering dikatakan orang, bukan para direktur pengelola yang menjalankan Ford Motor Company; tetapi Ford Motor Company yang menjalankan para direktur pengelola.
            Kekuatan kuasa; iklim; entitas yang lebih besar daripada seluruh manusia yang terlibat. Serangkaian situasi yang tak seorang pun menginginkannya tetapi tak seorang pun dapat berbuat sesuatu. Satu-satunya perbedaan berarti antara kita dan para leluhur kafir kita tampaknya ialah bahwa mereka menyadari situasinya dan memberi nama-nama jelas bagi kekuatan-kekuatan itu, sedangkan kita menyembunyikan mereka di balik istilah-istilah samar tak jelas, demi untuk menyombongkan diri kita seperti yang dikatakan dalam iklan Mastercard, “Anda Menggenggam Seluruh Dunia di Tangan Anda.” Tentunya, itulah yang dijanjikan si ular kepada Hawa: engkau akan menjadi seperti allah, dengan mengenal kredit dan debit.
            Jadi mungkin kita perlu, dan sangat perlu untuk kembali ke kaki Gunung Cadmus, dan berdiri di tepi sungai Lycus, dan mendengar apa yang orang Kolose dengar. Apakah yang sesungguhnya sangat ingin Paulus sampaikan kepada mereka?
            Surat kepada orang Kolose adalah tentang mengucapkan “terima kasih.” Paulus mulai dengan mensyukuri Allah bahwa ada sebuah gereja di Kolose (1:3). Doanya untuk mereka terfokus pada kesanggupan mereka untuk mengucap syukur kepada Bapa (1:12). Bagian sentral surat ini mulai dengan ucapan syukur (2:7); dan, ketika Paulus menyimpulkan argumen panjangnya, beginilah kesimpulannya: “apa pun yang engkau lakukan, dalam ucapan maupun tindakan, lakukan segala sesuatu dalam Nama Tuhan Yesus, dengan mengucap syukur kepada Allah Bapa melalui-Nya” (3:17). Ucapan syukur adalah nama dari permainan itu (4:2).
            Dan terutama, tentang apakah mereka harus mengucap syukur? Bahwa Allah telah membebaskan mereka dari kuasa kegelapan, dan telah memindahkan mereka ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih, yang di dalam-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa-dosa (1:13-14)... Dst.

Dikutip dari Buku Mengikut Yesus. Refleksi Alkitabiah tentang Kemuridan oleh N. T. Wright. Informasi lebih lanjut: Email ke waskitapublishing@gmail.com, atau sms / call 0812-270-24-870.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar