Selasa, 30 Agustus 2016

Daging Ini Seperti Rumput

Ada suara yang berkata: "Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?" "Semua daging (makhluk) adalah rumput dan kemuliaannya (semaraknya/ketahanannya) seperti bunga di padang. -- Yesaya 40:6 (terj. harfiah).

Perhatikanlah bunga bakung di ladang...Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? -- Matius 6:28-30

Inilah teriakan, pewartaan yang sangat perlu diproklamirkan sekuat-kuatnya, dan yang sangat perlu kita simak. Perhatikan sekeliling kita: rumput, bunga, cuaca, musim, bangunan, eko sistem... Perhatikan tubuh kita: sendi-sendi mulai kaku, otot mengendur, mata perlu air mata buatan. Perhatikan sungguh-sungguh kondisi  ekonomi, politik, keamanan, moneter, hubungan internasional... Jika kita menyimak, melalui semua itu kita dengar teriakan ilahi ini bahwa manusia dan semua makhluk adalah rumput (bukan "seperti" yang dihaluskan dalam terjemahan Alkitab). Kita identik rumput yang rentan, ringkih, fana, berlalu. Dan sebagai keluarga dan gereja kita juga perlu saling mengingatkan bahwa tidak ada hal atau unsur apa pun di dunia ini yang abadi. Bahkan ketahanan atau kesemarakan kita, "chesed" kita adalah seperti rumput (kontras dari "chesed" Allah yang biasanya diterjemahkan sebagai kasih-setia kekal yang selalu baru tiap pagi)! Maka adalah bodoh mengandalkan apalagi memperlakukan yang fana seakan kekal. Adalah bijak bila kesadaran akan kerentanan dan kefanaan ini membuat kita merindukan Dia yang kekal. Apabila kita memiliki hubungan akrab dengan Tuhan dan menaruh semua hal dalam perspektif ilahi, bahkan yang sementara dan tidak berarti seperti bunga rumput yang pagi ada petang tiada pun menjadi indah dan mencerminkan sifat tertentu dari kemuliaan Tuhan.

Tuhan, tolong kami berhikmat menyadari kesementaraan harta dan posisi lalu memakainya menjadi alat kepentingan kekal-Mu. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar