Jumat, 09 Juni 2017

Ibadah benar vs ibadah palsu

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." -- Kejadian 4:3-7

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. -- Ibrani 11:4

Kisah ini mencatat tindakan penyembahan, ungkapan keagamaan pertama dalam sejarah umat manusia. Tetapi, tidak setiap penyembahan atau ungkapan keagamaan otomatis diindahkan (harfiah: dipandang) oleh Allah. Apa sebab persembahan Kain ditolak? Mengapa korban Habel dikenan Allah? Nas ini memberi beberapa petunjuk. Pertama, perhatikan bagaimana pembahasaan tentang apa dan bagaimana masing-masing memberikan persembahan mereka? Kain mengambil sebagian dari hasil tanah -- mungkin maksudnya sayur-sayuran dan buah-buahan -- hal yang waktu itu bagian lazim dari yang manusia diizinkan untuk memakannya. Tidak ada komentar bahwa ia memilih yang terbaik, yang pilihan, dlsb. Sementara Habel memberikan korban persembahan binatang yang sulung dan bagian yang terbaik (lemak-lemaknya). Kedua, di bawah terang penyataan Tuhan kepada Musa kita mengetahui bahwa persembahan hasil bumi adalah persembahan syukur, sedangkan korban binatang sembelihan adalah korban penebus dosa. Tidak seorang pun dapat menghampiri Tuhan sebelum masalah dosanya dibereskan. Sebenarnya dari kisah bagaimana Tuhan menolak cawat daun dan mengganti dengan cawat kulit binatang untuk Adam dan Hawa, Kain sudah mengetahui tentang prasyarat korban binatang ini. Dengan menafikan pengetahuan itu, berarti Kain tidak sungguh beriman. Itu persembahannya tidak dipandang Tuhan sebab peribadatan Kain tidak baik menurut penilaian Allah. 

Nas ini suatu peringatan untuk kita simak masa kini. Apakah ibadah gerejawi dan pribadi kita: 1) bertujuan untuk menyukakan Tuhan atau mencari pemuasan selera [kedagingan] kita? 2) bentuk, isi dan caranya disesuaikan dengan petunjuk-petunjuk yang telah Allah wahyukan dalam Alkitab atau semata mengikuti semangat zaman? 3) kesadaran akan kekudusan dan kemuliaan Allah, dan akan keberdosaan, kelemahan, kefanaan kita sungguh terpancar dari motif hati beriman dan terakomodasi dalam ekspresi tindakan keagamaan kita? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar