Selasa, 13 Juni 2017

Penyembahan & Persaudaraan

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu.  -- Kejadian 3:3-11


Bagaimana hubungan timbal balik persaudaraan dan penyembahan seharusnya? Persaudaraan kita tercerminkah dalam penyembahan? Penyembahan kita berpengaruhkah dalam persaudaraan? Penyembahan sejatinya bukan hanya mengenai manusia dengan Allah, tetapi juga mengenai manusia dengan manusia. Mengerikan sekali bahwa di dalam dan sesudah tindakan penyembahan pertama dari manusia generasi kedua ini, persaudaraan menjadi hancur. Tujuh kali nas ini menyebutkan kata 'adik' (harfiah: saudara = [akh -- Ibr.]). Pertama di ay. 2 menegaskan Kain dan Habel datang dari ibu dan ayah yang sama -- darah-daging manusia pertama. Dua berikutnya di ay 8 ketika Kain marah bahwa diri dan penyembahannya tidak berterima kepada Allah, lalu ia mengajak Habel untuk pergi bersama dan membunuhnya. Dua berikutnya ketika Allah bertanya kepada Kain di ay 9 dimanakah saudaranya Habel, lalu dengan tanpa sesal Kain menjawab sesuatu yang bertolak belakang: "Apakah aku ini penjaga saudaraku?" Ia memakai kata saudara tetapi dengan artian yang menentang arti kata itu. Terakhir dua kali lagi Allah memakai kata saudara di ay 10-11 tentang darah Habel yang berteriak kepada Allah dan yang diserap bumi -- di sini teks tidak memakai nama Habel tetapi "saudaramu" terhadap Kain.


Baiklah kita koreksi diri apakah ibadah kita individualistis dan abai persekutuan atau mengentalkan komunalisme kita sebagai gereja, dan membuat kita semakin menolak sikap a-sosial serta mendorong kita ber-saudara dengan sesama anak Adam dan Hawa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar