Rabu, 21 Juni 2017

Memanggil Nama TUHAN

Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.... Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: "Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya." Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN. -- Kejadian 4:16, 25-26

Semua manusia mewarisi sifat dosa dan berbuat dosa. Tetapi, di antara semua yang berdosa dan tidak layak itu sebagian tidak menerima teguran dan panggilan kasih Tuhan bahkan menjauh dari hadirat-Nya, sebagian lagi menerima teguran dan panggilan kasih-Nya dengan kesadaran akan kesalahan dan keaibannya, bertobat, menyambut kekudusan dan anugerah pengampunan-Nya dengan penuh syukur. Di dalam kelompok kedua ini Allah dipanggil dengan Nama-Nya sebagai Yahweh -- TUHAN. Frasa "memanggil Nama TUHAN" muncul lagi dengan Abraham dan keturunannya ketika menyembah Allah. Dalam Nama ini terkandung beberapa makna yang dalam tentang diri Allah dan tentang hubungan manusia dengan-Nya. Pertama, Nama ini berarti Aku Ada yang Aku Ada -- Nama yang menyingkapkan keunikan dan keberadaan Allah yang melampaui waktu, yang HIDUP bersama narasi orang-orang yang HIDUP-nya merespons Dia sepenuh hidup dalam waktu-waktu kehidupan mereka. Ia sumber dan norma bagaimana hidup, penyembahan dan karya hidup kita, bukan sebaliknya. Kedua, inilah Nama perjanjian yang arti jelasnya Ia singkapkan kepada Musa. Nama Pribadi yang prihatin dan peduli akan penderitaan manusia; yang memutuskan untuk bertindak masuk ke dalam penderitaan manusia. Dengan menyeru Dia berarti orang menyambut panggilan dan pembentukan-Nya dan masuk dalam hubungan yang sesuai kriteria Dia tentang hidup dan penyembahan dan karya nyata. Dalam terang Perjanjian Baru kita menjadi jelas bahwa kehidupan dan penyembahan yang sungguh di dalam hubungan dengan Sang Maha-Ada itu adalah melalui menyatu dengan Yesus Kristus -- yaitu kehidupan-penyembahan-karya yang diselamatkan-dibentuk-dikuduskan oleh salib-Nya. 

Apakah hidup kita dari waktu ke waktu adalah respons percaya dan kasih kepada gamitan anugerah-Nya? Apakah Nama TUHAN nyata di dalam kehidupan nyata kita, penyembahan kita, karya keseharian kita?  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar