Selasa, 01 November 2011

Kita Bekerja Untuk Dapat Mendukung Yang Butuh

PERINTAH Allah untuk bekerja tidak saja demi kebutuhan kita dan keluarga kita. kita bekerja supaya mempunyai uang untuk bermurah hati bagi mereka yang dalam kebutuhan. Tidak sering kita berpikir demikian tentang kerja, namun Alkitab jelas bahwa salah satu alasan kita bekerja ialah untuk menolong orang yang secara ekonomi miskin. Tentu saja, ini mengandaikan bahwa kita hidup dalam batas-batas kemampuan kita dan memiliki uang utuk menolong mereka yang butuh. Paulus dengan tegas berkata: “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efs. 4:28). Anda akan memerhatikan bahwa bagian Alkitab itu tidak berkata bahwa orang harus berhenti mencuri dan bekerja supaya mereka dapat mencukupi diri mereka sendiri. Itu termasuk hal yang diandaikan. Tekanan bagian ini ialah bahwa mereka akan memiliki kelebihan agar dapat menolong orang yang tidak memiliki cukup.

            Komunitas Kristen mula-mula cukup miskin. Memang ada sebagian yang kaya, tetapi kebanyakannya adalah petani atau pedagang yang tidak jauh dari kemiskinan, khususnya jika kemalangan menyerang. Gereja mula-mula penuh dengan orang yang membutuhkan pertolongan finansial, dan secara mengejutkan Paulus mengimbau gereja tidak saja bekerja keras melakukan sesuatu yang produktif tetapi berbagi penghasilan mereka secara murah hati dengan orang miskin. Penerima dukungan tidak saja yang miskin dari kesrabat dekat tetapi juga ang lain dengan kebutuhan finansial di seluruh dunia kuno. Sebagai contoh, Paulus mendorong orang Korintus untuk memberi dengan murah hati dari kelimpahan mereka untuk menolong mereka di Yerusalem yang menjadi korban kelaparan berat (2Kor. 8:13-15).

            Yesus menjelaskan mengapa penting bermurah hati kepada mereka dalam kebutuhan. Ia menyatakan itu dalam bentuk perumpamaan:



Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar. (Luk. 14:12-14)



            Bagian yang dicetak miring mewakili ajaran Yesus. Kita sering melakukan sesuatu karena kepentingan diri sendiri – untuk mendapat sesuatu bagi diri kita sendiri. Tetapi Yesus menekankah bahwa kita melakukan hal benar bagi orang miskin meskipun mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk membalas kita. (Yesus mengandaikan bahwa mereka tidak dapat membalas apa pun secara finansial kepada kita.) Sesungguhnya, alasan Ia menegaskan sikap murah hati kepada orang miskin justru karena mreka tidak dapat membalas kita. Pikirkan  tentang mengapa Yesus menekankan itu. Ia meminta kita untuk memerhatikan orang miskin tanpa persyaratan, tanpa pengharapan untuk mendapat balik apa pun. Bila kita bermurah hati kepada mereka yang tidak dapat membayar kita balik, itu menjadi model dari kepedulian Allah yang tanpa syarat bagi kita. Jadi, kemurahhatian kita kepada orang miskin dan mereka yang berkebutuhan adalah sebuah cermin tentang kasih Allah kepada semua manusia. Inilah sebab Alkitab, dari awal sampai akhir, menempatkan tekanan tentang memershatikan orang dalam kebutuhan. Kita bekerja agar memenuhi mandat penting ini dan mencerminkan kasih Allah yang tanpa syarat, yang merupakan inti dari sifat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar