Kamis, 26 April 2018

Awasi Doktrin dan Moralitas

Banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. -- 2 Yohanes 1:7-10
Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu. -- 1 Korintus 15:33-34

Adakah hubungan kebenaran dan kelakuan, doktrin dan moral, prinsip dan praktik, konsep dan pengalaman? Ya, ada! Itu sebabnya dari membicarakan berbagai argumen pro-kontra kebangkitan yang masuk dalam tataran doktrin, Paulus tiba-tiba bergeser ke soal pergaulan dan perilaku. Rupanya jemaat Korintus membuka diri terlalu jauh kepada para pengajar sesat, bergaul, berdiskusi, dipengaruhi pikiran mereka sampai terlena dan terseret ke berbagai kelakuan immoral. 
Doktrin dan etika, ajaran dan perilaku selalu berhubungan timbal balik. Entah doktrin sesat membuka jalan bagi berbagai perilaku yang tidak benar, atau kelakuan dosa menyebabkan orang mencari sebentuk pembenaran secara doktrin bagi kesalahan itu, mencari alasan. Korintus adalah kota yang secara moral lepas kendali -- apalagi tersedia kuil Artemis (Venus, Diana) yang menyediakan ribuan pelacur bakti untuk menarik orang terlibat dalam penyembahan orgasmik. Jika ada ajaran bahwa tidak ada kebangkitan, hanya roh yang penting tubuh tidak, maka bisa dua akibat yang keluar dari ajaran itu. Entah tubuh dianggap jahat dan kesalehan disamakan dengan pertarakan, pengabaian, penyiksaan jasmani; atau, tubuh diumbar, dipuaskan dengan berbagai perilaku dosa sebab yang selamat dan penting hanya roh saja.
Jadi, Paulus (juga seluruh Alkitab) memanggil orang percaya untuk tidak membuka diri kepada ajaran sesat para penyesat. Sebaliknya untuk bangun dari keterlenaan dan kemabukan, kembali ke perilaku benar, dan berhenti berbuat dosa. Ia mengingatkan dengan tegas bahwa sebagian anggota jemaat Korintus yang telah sedemikian membuka diri kepada ajaran sesat, penyesat dan kelakuan immoral sesungguhnya "tidak mengenal Allah." Sungguh ucapan keras namun penuh kasih kudus yang tidak menginginkan gereja Tuhan mengalami kecemaran.
Kita hidup dalam era orang alergi doktrin cinta pengalaman, menganggap segala sesuatu relatif dan gairah besar untuk mencoba mengalami apa saja yang mungkin. Orang yang telah ditebus oleh darah Yesus tidak bisa demikian. Harus ada ketegasan berpegang pada ajaran Kitab Suci dan menolak segala hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar