Selasa, 17 April 2018

Logika Kebangkitan (2)

Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.-- 1 Korintus 15:17-19

Pikirlah baik-baik apa saja dampak dari menerima ajaran bahwa tidak ada kebangkitan dan bahwa Yesus Kristus tidak bangkit dari kematian -- demikian Paulus melanjutkan dorongannya agar jemaat di Korintus memakai nalarnya dengan baik. Akibat dari menerima ajaran sesat itu adalah membalikkan semua kebenaran dan manfaat riil serta realitas misional dalam Kristus.
Pertama, ajaran bahwa Yesus Kristus tidak bangkit menyebabkan seluruh kebenaran tentang pengampunan, pembenaran, pelepasan dari kuasa dosa, dan pengudusan menjadi gugur. Yang benar adalah Yesus Kristus mati sebagai korban penebusan yang menyukakan hati Allah dan menghasilkan pengampunan, sekaligus kematian dan kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Ia telah mengalahkan seluruh kekuatan kejahatan si iblis di seluruh seginya dan segenap kedahsyatannya. Lagi pula dengan Ia bangkit maka dimungkinkan kesatuan dengan Dia dalam kematian dan kebangkitan-Nya yang menjadi jalan untuk orang percaya ikut dalam kemenangan-Nya, boleh mengalami pengudusan terus menerus sampai hari pemuliaan kelak. Maka, menolak kebangkitan berarti tidak ada jalan keluar apa pun dari masalah dosa.
Kedua, jika Kristus tidak bangkit berarti orang percaya yang sudah mati tidak masuk dalam realitas keabadian rohani. Mati menjadi kepunahan tubuh dan roh, tamat sempurna. Itu berarti kita sama dengan mereka yang menganut paham materialisme yang tidak percaya akan adanya realitas dan energi rohani di dalam dan di balik yang materiil-jasmani ini. Maka tidak ada masa depan kekal, tidak ada janji-janji tentang Kerajaan Allah akan mewujud dalam langit baru dan bumi baru. Jadi hidup ini sepenuhnya fana dan sementara.
Ketiga, jika "kita" adalah orang yang hidup seakan ada pengharapan kekal padahal tidak, maka kitalah orang yang paling bodoh, malang, hidup dalam ilusi. "Kita" di sini sebaiknya dimengerti lebih dulu sebagai "kami" (eksklusif -- yaitu Paulus dan para rasul) yang telah berjuang, berkorban, menderita berbagai kesukaran dan aniaya fisik bertubi-tubi dalam setiap usaha misi mereka -- demi hal yang kosong. tidak benar, tidak riil! Maka Paulus dan para rasul adalah orang yang paling malang di antara segala manusia. Maka juga "kita" yang menerima kabar khayal / dusta itu adalah paling malang karena satu-satunya kesempatan untuk dihidupi sepenuhnya telah kita abaikan demi harapan akan hidup kekal yang tidak riil. 
Syukur bagi Dia yang bangkit -- Dia sungguh bangkit -- maka ada jalan kelepasan riil bagi masalah dosa; ada pengharapan nyata yang disediakan Allah untuk orang yang percaya Kristus yang bangkit, dan semua doa, usaha, pengorbanan bahkan penderitaan kita demi melayani Kerajaan tidak sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar